Integrasi tasawuf dan kebudayaan dalam hubungannya akan memperlihatkan hal yang sama. Sama dalam arti karena memperlihatkan hal yang sama. Sama dalam arti karena kebudayaan adalah realitas, yang sudah diciptakan, dihasilkan, terbentuk dan dilembagakan. Sedangkan dalam konteks sosial, budaya merupakan suatu produk kemanusiaan yang sedang berjalan. Kebudayaan itu terbentuk oleh sebuah kelompok yang dilakukan berulang-ulang dan diakui oleh masayarakat. Sehingga dalam Kenyataannya agama selalu identik dengan tradisi, karena kebudayaan merupakan ekspresi yang diyakini orang terhadapkebudayaan adalah realitas, yang sudah diciptakan, dihasilkan, terbentuk dan dilembagakan. Sedangkan dalam konteks sosial, budaya merupakan suatu produk kemanusiaan yang sedang berjalan. Kebudayaan itu terbentuk oleh sebuah kelompok yang dilakukan berulang-ulang dan diakui oleh masayarakat. Sehingga dalam Kenyataannya agama selalu identik dengan tradisi, karena kebudayaan merupakan ekspresi yang diyakini orang terhadapsuatu yang suci. Jika hubungan agama dan tradisi ditempatkan sebagai wujud interpretasi sejarah dan kebudayaan, maka semua domain agama adalah kreatifitas manusia yang sifatnya relatif. Artinya, kebenaran agama yang diyakini setiap orang sebagai suatu yang benar, pada dasarnya itu hanya sebatas yang bisa suatu yang suci. Jika hubungan agama dan tradisi ditempatkan sebagai wujud interpretasi sejarah dan kebudayaan, maka semua domain agama adalah kreatifitas manusia yang sifatnya relatif. Artinya, kebenaran agama yang diyakini setiap orang sebagai suatu yang benar, pada dasarnya itu hanya sebatas yang bisa ditafsirkan dan diekspresikan oleh manusia yang relatif atas kebenaran, Tuhan yang absolut. Dengan demikian, apapun bentuk yang dilakukan oleh manusia untuk mempertahankan, memperbaharui dan memurnikan tradisi agama, tetap saja harus dipandang sebagai fenomena manusia atas sejarahnya, tanpa harus dilihat yang satu berhak menegasikan kebenaran yangditafsirkan dan diekspresikan oleh manusia yang relatif atas kebenaran, Tuhan yang absolut. Dengan demikian, apapun bentuk yang dilakukan oleh manusia untuk mempertahankan, memperbaharui dan memurnikan tradisi agama, tetap saja harus dipandang sebagai fenomena manusia atas sejarahnya, tanpa harus dilihat yang satu berhak menegasikan kebenaran yangdiklaim oleh orang lain, sambil menyatakan bahwa kebenaran yang dimilikinya sebagai yang paling benar diklaim oleh orang lain, sambil menyatakan bahwa kebenaran yang dimilikinya sebagai yang paling benar
展开▼