首页>
外文OA文献
>: Peningkatan Produktivitas Lahan Kering dan Salin Melalui Perakitan Genotipe Jagung Toleran Kekeringan dan Salinitas dengan Deteksi Molekuler
【2h】
: Peningkatan Produktivitas Lahan Kering dan Salin Melalui Perakitan Genotipe Jagung Toleran Kekeringan dan Salinitas dengan Deteksi Molekuler
Penelitian bertujuan untuk mendapatkan genotipe unggul jagung yang mampu beradaptasi pada lahan kering dan salin dengan produktifitas tinggi. Hasil penelitian diharapkan memberi konstribusi dalam pengembangan lahan di sekitar pantai. Target khusus penelitian ini adalah diperoleh tolok ukur ketahanan, metode induksi mutasi, metode seleksi ketahanan mutan jagung terhadap salinitas dan kekeringan, serta pewarisan sifat dan heritabilitas dari karakter ketahanan jagung hasil induksi mutasi dengan dengan sinar gamma terhadap kekeringan dan salinitas. Peningkatan keragaman genetik dilakukan dengan induksi mutasi melalui penyinaran sinar gamma dari 3 kultivar jagung yaitu Sukmaraga, Lamuru dan Bisma. Benih tersebut diiradiasi dengan 6 dosis radiasi, yaitu 0 Gy, 100 Gy,ud200 Gy, 300 Gy, 400 Gy dan 500 Gy. Penelitian dilaksanakan secara bertahap, yaitu seleksi dan pengujian pada fase kecambah, seleksi dan pengujian pada tingkat fase vegetatif serta seleksi dan pengujian pada tingkat produksi. Hasil penelitian tahun pertama menunjukkan bahwa: dosis iradiasi 200 Gy merupakan dosis optimum yang dapat digunakan untuk menghasilkan mutan jagung yang toleran terhadap kekeringan dan salinitas, kultivar Bisma merupakan kultivar yangudmenunjukkan ketahanan terhadap kekeringan dan salinitas pada pengujian faseudkecambah dan vegetatif sedangkan kultivar Lamuru pada pengujian fase generatif. Batas ketahanan berbagai kultivar jagung hasil iradiasi terhadap kekeringan dan salinitas adalah 15 g PEG L-1 + 8 g NaCl L-1, terdapat korelasi nyata dan sangat nyata antara parameter persentase daun kering (fase vegetatif), pertambahan jumlah daun, umur berbunga betina, ASI, jumlah stomata dan jumlah baris biji,udletak tongkol, dan jumlah biji per baris (fase generatif) dengan produksi biji per tanaman pada kondisi cekaman salinitas dan kekeringan. Nilai heritabilitas secara umum hampir semuanya bernilai tinggi. Nilai heritabilitas tertinggi adalah karakter panjang radikel (99,07 %) dan terendah adalah lebar bukaan stoma (18,87ud%). Kultivar yang lolos seleksi untuk pengujian generasi berikutnya adalah MutanudKultivar Bisma dan Lamuru hasil iradiasi sinar gamma 100 gy dan 200 gy berserta induknya sebagai kontrol. Hasil penelitian Tahun II adalah sebagai benih G0 nuntuk pengujian dengan menggunakan agen seleksi air laut dan tingkat ketersediaan air untuk mendapatkan benih generasi G1, kemudian dilakukanudanalisis molekuler untuk mengetahui terjadinya mutasi secara genetik (Tahun II). Tanaman yang lolos pada G1 dan mengalami mutasi genetik, kemudian diuji adaptasi dan multi lokasi pada lahan salin dan kering pada pertanamanuddilapangan sebagai generasi kedua (G2) (Tahun III), Berdasarkan hasil maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Genotipe g7 dan g8 memperlihatkan pertumbuhan yang lebih baik pada parameter vegetatif dan generatif dibandingkan dengan genotipe lainnya termasuk tetuanya, yang diperlihatkan. Genotipe g7 danudg8 memperlihatkan pertumbuhan dan produktivitas yang baik pada pemberian taraf pengairan dan penerapan pertanian organik
展开▼