首页> 外文OA文献 >Hubungan Intensitas Menonton Tayangan Drama Seri Korea di Televisi dan Motif Menonton Tayangan Drama Seri Korea di Televisi dengan Perilaku Berpakaian Remaja
【2h】

Hubungan Intensitas Menonton Tayangan Drama Seri Korea di Televisi dan Motif Menonton Tayangan Drama Seri Korea di Televisi dengan Perilaku Berpakaian Remaja

机译:看电视韩剧的强度关系与看电视穿裙子的韩剧动机

摘要

PENDAHULUANPersaingan media televisi saat ini semakin gencar dan jumlah stasiun televisi semakinbertambah seiring dengan perkembangan jaman. Stasiun televisi di tanah air bermunculanmulai dari hanya satu stasiun televisi, yaitu Televisi Republik Indonesia (TVRI) sampaimuncul stasiun televisi baru yang mengudara secara nasional dan berkantor di IbukotaJakarta. Stasiun televisi tersebut antara lain Rajawali Citra Televisi (RCTI), Surya CitraTelevisi (SCTV), Media Nusantara Citra (MNC TV), Andalas Televisi (ANTV), Indosiar,Televisi Transformasi Indonesia (TRANS TV), TRANS 7, METRO TV, TV ONE, danGLOBAL TV.Belakangan ini, musik, drama, serta budaya Korea sedang merebak di beberapanegara Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Tidak bisa dipungkiri, musik maupun dramaseri Korea menjadi sesuatu yang sangat digemari di Indonesia saat ini. Bahkan sakingantusiasnya banyak yang mencari dan mempelajari hal-hal yang berbau Korea. Fenomenamenyebarluasnya drama, musik, serta budaya Korea secara global ini disebut Koreanwave atau dalam bahasa Korea disebut Hallyu.Fenomena Hallyu melalui drama seri Korea sedang menjadi tren di stasiun televisiswasta Indonesia. Beberapa stasiun televisi swasta tanah air kini tengah gencar bahkanbersaing menayangkan drama seri Korea. Drama seri Korea datang membawa tontonanringan dengan berbagai konflik di dalamnya, yang dibungkus sedemikian rupa sehinggamenarik untuk ditonton. Tentu drama Korea ini segera digandrungi masyarakat yangmemang menginginkan sesuatu yang baru. Dan memang Kenyataannya, masyarakatsangat antusias menonton drama seri Korea. Selain itu episode-nya juga tidak sepanjangsinetron Indonesia, hanya sekitar 16 hingga 25 episode saja. Masyarakat yang tengahjenuh dengan tayangan sinetron-sinetron Indonesia langsung menyambut baik masuknyadrama seri Korea di Indonesia. Keberhasilan drama seri Korea mengambil hatimasyarakat Indonesia terbukti dengan tingginya minat penonton terhadap drama seriKorea yang pertama kali ditayangkan saat itu, yaitu Endless love. Berdasarkan survey ACNielsen Indonesia, serial Endless Love ratingnya mencapai 10 (ditonton sekitar 2,8 jutapemirsa di lima kota besar), mendekati Meteor Garden dengan rating 11 (sekitar 3,08 jutapemirsa). (http://www.slideshare.net/AHD/fenomena-ratingshare-televisi).Dalam menggunakan media massa, manusia didorong oleh beraneka ragam motif.Motif merupakan suatu tenaga yang terdapat dalam diri manusia yang menimbulkan,mengarahkan, dan mengorganisasi tingkah laku (perilaku). Motif yang mendorongkonsumsi media pada setiap orang berbeda. Dorongan kebutuhan yang berbeda akanmembuat orang memiliki motif yang berbeda pula dalam menggunakan televisi.(Rakhmat, 2006:216). Motif yang berbeda tersebut akan menimbulkan efek yangberlainan pada setiap orang.Drama seri Korea yang masuk ke Indonesia tidak hanya sekedar tontonan di waktuistirahat, namun drama Korea juga telah memberikan pengaruh di Indonesia. Begitubooming-nya drama seri Korea di tanah air, tidak heran jika pada saat ini banyak remajayang mulai terpengaruh dengan budaya-budaya Korea, terutama dari segi mode ataufashion. Dalam drama seri Korea sering menonjolkan mode-mode yang sedang populer diKorea. Penampilan para artis dalam drama seri Korea selalu didukung dengan gayaberbusana yang “Korea banget”, mulai dari model rambut, warna rambut, caraberpakaian, tas, sepatu, aksesoris yang dikenakan, dan masih banyak lagi. Mode alaKorea kerap disebut dengan Korean Style.Pada akhirnya masalah mode merupakan hal yang menarik untuk dibicarakankhususnya di kalangan remaja yang memiliki kedinamisan dalam mengikutiperkembangan berbagai mode yang sedang menjadi trend karena ingin tampil menarik,menambah percaya diri, dapat diterima dilingkungannya, dan supaya tidak dikatakanketinggalan jaman. Intensitas menonton drama seri Korea tersebut akan tetap berlangsungselama ada motif yang mendorongnya dan remaja mempunyai harapan akan memperolehsuatu keuntungan dari kegiatan menonton acara tersebut. Motif remaja menontontayangan drama seri Korea bisa dilihat dari motif untuk mendapatkan informasi, identitaspribadi, integrasi dan interaksi sosial, serta hiburan.Melalui televisi, remaja terinspirasi oleh perilaku idola mereka. Tahapan ini dimulaidari melihat gaya berpakaian atau tingkah laku yang diperbuat oleh seorang tokoh ditelevisi, kemudian para remaja berusaha mengadaptasi gaya berpakaian para artisidolanya dengan harapan penampilannya menjadi seperti penampilan para artis dalamtayangan drama seri Korea di televisi. Berdasarkan hal tersebut, lantas apakah adahubungan antara intensitas menonton tayangan drama seri Korea di televisi dan motifmenonton tayangan drama seri Korea di televisi dengan perilaku berpakaian remaja ?ISIMunculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang menghadirkan suatuperadaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat massa.Proses komunikasi massa tersebut dikatakan efektif apabila menghasilkan pengaruhkepada khalayaknya. Pengertian pengaruh itu sendiri adalah perbedaan antara apa yangdipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sesudah menerima pesan. Bersamaandengan jalannya proses penyampaian isi pesan media massa kepada pemirsa, maka isipesan akan diinterpretasikan secara berbeda–beda oleh pemirsa, serta efek yangditimbulkan juga beraneka ragam. (Bungin, 2008:72).Menurut Powerfull Effect Theory, dimana didasarkan pada asumsi Walter Lippman(dalam Vivian, 2008:465), bahwa gambaran realita dibentuk dengan sangat kuat olehmedia massa. Powerfull Effect Theory juga menjelaskan tentang media massamempunyai pengaruh langsung dan mendalam terhadap seseorang. Pada konsep HaroldLasswell yang terkenal “who says what in which channel to whom with what effect,”pada titik yang ekstrem teori ini mengasumsikan bahwa media dapat menyuntikkaninformasi, ide, dan bahkan propaganda kepada publik. Water Lippman mengatakanbahwa “gambaran” tentang dunia di benak kita yang tidak kita alami secara personaldibentuk oleh media massa, sehingga khalayak pun akan menerima pemuasan yangberagam dari media. Kepuasan yang berbeda-beda, juga akan menghasilkan efek yangberbeda pula.Dengan demikian, kegiatan menonton televisi dapat memberikan pengaruh tetapi haltersebut tergantung dengan tingkat intensitasnya. Diungkapkan oleh Burhan Bungin(2001:125-126), bahwa intensitas atau frekuensi remaja dalam menonton televisi dapatmempengaruhi besarnya pengaruh televisi terhadap perilaku remaja. Semakin tinggiintensitas menonton televisi maka semakin cepat dan besar pula pengaruhnya terhadapperilaku remaja. Begitu pula dengan keadaan sebaliknya, semakin rendah intensitasmenonton televisi maka semakin rendah pula pengaruhnya terhadap perilaku remajatersebut.Dalam kaitannya dengan menonton televisi, para remaja memiliki motif yangberagam. Motif-motif tersebut adalah motif untuk mendapatkan informasi, identitaspribadi, integritas dan interaksi sosial, serta hiburan. Motif merupakan salah satuindikator yang dapat mempengaruhi perilaku individu dalam menonton televisi.Woodhworth (dalam Petri, 135:1981) mengungkapkan bahwa perilaku terjadi karenaadanya motif atau dorongan yang mengarahkan individu untuk bertindak sesuai dengankepentingan atau tujuan yang ingin dicapai. Karena tanpa dorongan tersebut tidak akanada suatu kekuatan yang mengarahkan individu pada suatu mekanisme timbulnyaperilaku.Pandangan lain dikemukakan oleh Hull (dalam As\u27ad, 140:1995) yang menegaskanbahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh motif atau dorongan oleh kepentinganmengadakan pemenuhan atau pemuasan terhadap kebutuhan yang ada pada diri individu.Lebih lanjut dijelaskan bahwa perilaku muncul tidak semata-mata karena dorongan yangbermula dari kebutuhan individu saja, tetapi juga adanya faktor belajar.Hal ini dapat diperkuat dengan penjelasan dari Teori Pembelajaran Sosial.Berdasarkan hasil penelitian Albert Bandura, teori ini menjelaskan bahwa mereka meniruapa yang mereka lihat di televisi, melalui suatu proses observational learning(pembelajaran hasil pengamatan) atas tingkah laku yang ditampilkan oleh individuindividulain yang menjadi model. Titik mula dari proses belajar sosial adalah peristiwayang bisa diamati, baik langsung maupun tidak langsung oleh seseorang. Peristiwatersebut mungkin terjadi pada kegiatan orang sehari–hari, dapat pula disajikan secaralangsung oleh televisi, buku, film dan media massa lain. (Liliweri, 1991:174).Adapun yang penting dari teori Bandura, bahwa proses belajar mengikuti sesuatudimulai dari tahap; (1) proses memperhatikan; (2) proses mengingatkan kembali; (3)proses gerakan untuk menciptakan kembali; dan (4) proses mengarahkan gerakan sesuaidengan dorongan. (Liliweri, 1991:179). Jelasnya bahwa remaja masih suka mencaritokoh atau model untuk dijadikan panutan dalam berperilaku maupun berpenampilan,maka seringkali remaja akan memperhatikan dan mengingat perilaku model yangdilihatnya di televisi. Sering adegan-adegan dalam drama yang dilihat, atau perilakuyang digambarkan dapat menarik perhatian, sehingga dari ucapan, gerakan, bahkan jugapakaian yang dikenakan oleh sang tokoh akan diamatinya dan kemudian dapat sajamereka gunakan pada penampilan diri mereka.Monks (1969:109) menyatakan bahwa suatu tindakan atau tingkah laku dapatdipelajari melalui melihat saja. Melalui televisi remaja dapat melihat peristiwa, perilaku,dan segala sesuatu yang baru yang pada akhirnya diikuti oleh khalayak dan menjadi trendi kalangan masyarakat. Berkaitan dengan penelitian ini maka perilaku yang munculadalah gaya berpakaian yang dilakukan oleh remaja. Remaja berpenampilan mengikutitrend yang ada, mulai dari model rambut, pakaian, tas, sepatu, dan aksesoris lainnya.Jelasnya, bahwa remaja akan terinspirasi dengan apa yang dilihat dan ditawarkan olehmedia, dalam hal ini termasuk bagaimana perilaku berpakaian remaja.Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan intensitas menonton tayangan drama seriKorea di televisi (X1) dengan perilaku berpakaian remaja (Y), maka dilakukan pengujianstatistik melalui analisis korelasi Rank Kendall. Berdasarkan hasil pengujian makahipotesis penelitian yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara intensitasmenonton tayangan drama seri Korea di televisi dengan perilaku berpakaian remajadapat diterima. Hal ini menjelaskan tingginya intensitas menonton tayangan drama seriKorea di televisi diikuti pula oleh perilaku berpakaian yang modis di kalangan remaja.Dengan menggabungkan unsur hiburan dan informasi drama seri Korea yangditayangkan di televisi secara tidak langsung telah menyajikan berbagai referensimengenai mode ala Korea yang sedang menjadi kecenderungan atau trend. Respondenyang menonton tayangan drama seri Korea dengan intensitas menonton yang tinggitermasuk dalam kelompok heavy viewers dimana mereka melihat gagasan mengenaimode tersebut sebagai realitas, sehingga akan lebih mudah terpengaruh dan berperilakuseperti apa yang ditampilkan dalam drama seri tersebut.Sementara responden yang menonton drama seri Korea dengan intensitas menontonyang rendah termasuk dalam kelompok light viewers, dimana mereka hanya memandangdrama seri Korea sebagai sebuah tayangan, tanpa melihatnya sebagai realitas, sehinggapengaruh yang diterima pada kelompok ini tidak sebesar kelompok heavy viewers.Perbedaan diantara keduanya terdapat dalam konsep mainstreaming (mengikuti arus)pada kelompok heavy viewers.Hubungan motif menonton tayangan drama seri Korea di televisi (X2) denganperilaku berpakaian remaja (Y) dapat diketahui dengan melakukan pengujian statistikdengan menggunakan uji formula Chi Square Test. Berdasarkan hasil pengujian makahipotesis penelitian yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara motifmenonton tayangan drama seri Korea di televisi dengan perilaku berpakaian remaja dapatditerima. Hal ini menjelaskan ragam motif menonton tayangan drama seri Korea ditelevisi diikuti pula oleh perilaku berpakaian yang modis di kalangan remaja.Responden yang tertarik dengan mode ala Korea dapat mengikuti perkembanganmode tersebut melalui tayangan drama seri Korea di televisi. Para remaja memilikikecenderungan ingin mengikuti terus perkembangan mode yang sedang menjadi trendagar dapat tampil stylish dan modis. Motif identitas pribadi dalam menonton tayangandrama seri Korea di televisi dapat mengarahkan remaja untuk berperilaku modis,sehingga ragam motif menonton tayangan drama seri Korea di televisi akanmempengaruhi perilaku berpakaian modis pada remaja.Hubungan intensitas menonton tayangan drama seri Korea di televisi (X1) dan motifmenonton tayangan drama seri Korea (X2) di televisi dengan perilaku berpakaian remaja(Y) dapat diketahui dengan melakukan pengujian statistik melalui analisis korelasikonkordansi Rank Kendall.Setelah dilakukan perhitungan diperoleh hasil koefisien korelasi konkordansi sebesar0,194 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 kurang dari 0,01 maka hubungan dinyatakansangat signifikan. Serta hasil uji dengan Chi Square Test didapatkan nilai X2 hitungsebesar 19,387 (dengan df = 2), dan nilai signifikansi sebesar 0,000 kurang dari 0,01.Dengan demikian dapat dinyatakan Ha diterima dan Ho ditolak. Maka hasil pengujiantersebut menunjukkan bahwa variabel bebas (intensitas menonton tayangan drama seriKorea dan motif menonton tayangan drama seri Korea) secara bersama-sama memilikihubungan yang sangat signifikan dengan variabel terikat (perilaku berpakaian remaja).Hal ini berarti bahwa baik berdiri sendiri maupun bersama-sama, kedua variabelbebas (intensitas menonton tayangan drama seri Korea dan motif menonton tayangandrama seri Korea) mempunyai hubungan dengan variabel terikat (perilaku berpakaianremaja), sehingga tingginya intensitas menonton tayangan drama seri Korea di televisidan ragam motif menonton tayangan drama seri Korea di televisi akan mempengaruhiperilaku berpakaian modis pada remaja.PENUTUPPenelitian tentang hubungan antara intensitas menonton tayangan drama seriKorea di televisi dan motif menonton tayangan drama seri Korea di televisi DENGANperilaku berpakaian pada remaja, dilakukan terhadap para remaja putri di Semarangyang berusia 17-20 tahun yang pernah menonton tayangan drama seri Korea ditelevisi selama tiga bulan terakhir ini.Metode penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara nonrandom sampling, dengan pertimbangan jumlah populasi dalam penelitian ini tidakdapat diketahui secara pasti. Penelitian ini menggunakan alat pengumpul data berupakuesioner. Teknik pengumpulan data berupa penyebaran Angket dan dengan bantuanpanduan observasi berupa checklist (daftar cocok) yang digunakan untuk mengamativariabel perilaku berpakaian pada remaja.Alat yang digunakan untuk menganalisa data kuantitatif yang telah didapatadalah dengan statistika, untuk kemudian dideskripsikan menggunakan corelasi untukmenguji hubungan antara intensitas menonton tayangan drama seri Korea di televisidan motif menonton tayangan drama seri Korea di televisi dengan perilaku berpakaianpada remaja. Adapun kesimpulan dan saran yang dapat penulis berikan adalah sebagaiberikut:5.1. Kesimpulan1. Terdapat hubungan yang sangat signifikan antara variabel intensitas menontontayangan drama seri Korea dengan variabel perilaku berpakaian remaja. Halini berdasarkan nilai koefisiensi korelasi sebesar 0,540 dan nilai signifikansisebesar 0,000. Dengan demikian, tingginya intensitas menonton tayangandrama seri Korea di televisi mendorong remaja melihat gagasan yang disajikandalam tayangan tersebut sebagai realitas dan berperilaku seperti apa yangditampilkan dalam tayangan tersebut. Semakin tinggi intensitas menontontayangan drama seri Korea di televisi maka akan semakin modis pula perilakuberpakaian pada remaja.2. Terdapat hubungan yang sangat signifikan antara variabel motif menontontayangan drama seri Korea di televisi dengan variabel perilaku berpakaianremaja. Hal ini didapatkan dari hasil X2 hitung sebesar 31,222 dengan df = 6,dan nilai signifikansi sebesar 0,000. Serta hasil uji korelasi ContingencyCoefficient (C) sebesar 0,620 dan nilai signifikansi sebesar 0,000. Hal tersebutmenjelaskan ragam motif menonton tayangan drama seri Korea di televisiakan diikuti pula oleh perilaku berpakaian yang modis di kalangan remaja.3. Terdapat hubungan yang sangat signifikan antara variabel intensitas menontontayangan drama seri Korea di televisi dan variabel motif menonton tayangandrama seri Korea di televisi dengan variabel perilaku berpakaian remaja.Berdasarkan hasil uji korelasi diperoleh informasi nilai koefisiensi sebesar0,194 dan nilai signifikansi sebesar 0,000. Serta didapatkan nilai X2 hitungsebesar 19,387 (dengan df = 2), dan nilai signifikansi sebesar 0,000. Hal iniberarti bahwa baik berdiri sendiri maupun bersama-sama, kedua variabelbebas (intensitas menonton tayangan drama seri Korea di televisi dan motifmenonton tayangan drama seri Korea di televisi) mempunyai hubungandengan variabel terikat (perilaku berpakaian remaja), sehingga tingginyaintensitas menonton tayangan drama seri Korea di televisi dan ragam motifmenonton tayangan drama seri Korea di televisi akan mempengaruhi perilakuberpakaian modis pada remaja.4. Pada penelitian ini penonton tayangan drama seri Korea di televisi denganpersentase terbanyak adalah remaja putri yang berada pada kisaran usia 20tahun sebanyak 36%, sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan persentaseterbanyak adalah para remaja putri yang duduk di bangku perkuliahan atauperguruan tinggi sebanyak 80%.5.2. Saran1. Berdasarkan kesimpulan di atas maka tayangan drama seri Korea di televisisebetulnya mampu membantu remaja untuk memberikan inspirasi dalampencarian model bagi remaja, yang berkaitan dengan gaya berpakaian ataupenampilan melalui “sosok” artis yang menjadi pemeran dalam tayangandrama seri Korea di televisi. Namun audiens juga diharapkan mampumemfilter dengan bijak informasi yang terkandung dalam tayangan tersebutdan bersikap selektif terhadap tayangan – tayangan yang mereka konsumsi,agar dapat membedakan antara realitas media dengan realitas sosial, sehinggatidak serta merta mengikuti segala sesuatu yang ada dalam tayangan tersebut.2. Pada penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan perilaku berpakaian remajahendaknya dapat dilakukan dengan melihat faktor – faktor lain yang bisamenjadi penyebab terjadinya perilaku tersebut, di luar intensitas menonton danmotif menonton, misalnya tingkat pendidikan, status sosial, atau interaksi peergroup. Disamping itu, penelitian juga dapat dilakukan dengan menggunakanteknik pengambilan sampel yang berbeda pula.DAFTAR PUSTAKABUKUArdianto, Elvinaro dan Erdinaya, Liluati Komala. 2004. Komunikasi Massa SuatuPengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.As\u27ad, M. 1989. Motivasi Dalam Belajar. Jakarta: Dep.Dik.Bud Direktoral JendralPendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Dan Lembaga Tenaga.Bungin, Burhan. 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group.Bungin, Burhan. 2001. Erotika Media Massa. Jakarta: Kencana Prenada MediaGroup.Barnard, Malcomm. 2007. Fashion dan Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra.Cangara, Hafied. 1998. Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta. Raja grafindo persada.Effendi, Onong. U. 1993. TV Siaran Teori dan Praktek. Bandung: Mandar Maju.Effendy, Onong. U. 2003. Ilmu komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT.RemajaRosdakarya.Gerungan ,W.A. 1991. Psikologi Sosial. Bandung: Eresco.Kaunang, Claudia. 2010. Keliling Korea dalam 9 Hari. Yogyakarta: B – Fierst.Khadijah, Nyanyu. 2006. Psikologi Pendidikan. Palembang: Grafika Telindo Press.Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi.Jakarta: Rhineka Cipta.Liliweri, Alo. 1997. Memahami Peran Komunikasi Massa Dalam Masyarakat.Bandung: Citra Aditya Bakti.McQuail, Dennis. 1996. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Jakarta:Erlangga.Monks, F. J, dkk. 1982. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gajah MadaUniversity Press.Morissan. 2008. Manajemen Media Penyiaran. Jakarta: Kencana Prenada MediaGroup.Nuruddin. 2000. Sistem Komunikasi Indonesia. Malang: BIGRAFF publishing.Petri, H.L. 1981. Motivation Theory and Research. Belmont, California: WadsworthPublishing Company.Rakhmat, Jalaluddin. 2001. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: RemajaRosdakarya.Rakhmat, Jalaluddin. 2006. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.Rakhmawati, Dede. 2011. Jago Berbahasa Korea dalam 1 Hari. Jakarta: GudangIlmu.Sugiyono. 2002. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.Singarimbun Masri dan Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian dan Survey. Jakarta:LP3ES.Vivian, John. 2008. Teori Komunikasi Massa. Prenada Media:Jakarta.Wiryanto. 2000. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: PT Grasindo.Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Grasindo.INTERNEThttp://www.slideshare.net/AHD/fenomena-ratingshare-televisi.www.geocities.com/dramakorean.http://www.facebook.com/pages/PENYUKA-DRAMA-KOREA/.http://tvguide.co.id/mobile-new//home.http://www.facebook.com/koreanbutik.shopiing/,http://www.facebook.com/ballegirls.shop.http://www.facebook.com/tomoya.koreanbutik.http://id.wikipedia.org/wiki/Drama_Korea.id.wikipedia.org/wiki/Hallyu.www.koreanstylefashion.com/.http://www.saranghaeyo.biz.www.saranghaeyo.biz › fashion › lifestyle.ABSTRAKJudul : Hubungan Intensitas Menonton Tayangan Drama Seri Korea di Televisi danMotif Menonton Tayangan Drama Seri Korea di Televisi dengan PerilakuBerpakaian RemajaNama : Deansa PutriNIM : D2C009110Mode ala Korea yang masuk dan berkembang di Indonesia melalui tayangandrama seri Korea pada tahun 2002, banyak digemari dan diterapkan oleh remaja. Pararemaja cenderung ingin selalu mengikuti perkembangan mode yang sedang populeragar tampil modis. Hal ini dilakukan karena para remaja ingin seperti apa yangditampilkan oleh tokoh yang dilihatnya, yaitu berupa pakaian yang dikenakan olehseorang model, serta aksesoris-aksesoris lainnya yang dapat memperbaiki penampilandirinya. Perilaku berpakaian modis pada remaja tersebut disinyalir merupakan akibatdari beberapa faktor, antara lain intensitas menonton tayangan drama seri Korea ditelevisi dan motif menonton tayangan drama seri Korea di televisi.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan intensitas menontontayangan drama seri Korea di televisi dan motif menonton tayangan drama seri Koreadi televisi dengan perilaku berpakaian remaja. Peneliti menggunakan Teori PowerfullEffect dan didukung oleh Teori Pembelajaran Sosial dari Bandura. Responden padapenelitian ini berasal dari kalangan remaja putri di Kota Semarang yang berumur 17hingga 20 tahun. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 50 orang dimanapengambilan sampel dilakukan dengan metoden non random, serta accidental sampeluntuk teknik pengambilan sampel.Untuk menguji hubungan antara intensitas menonton tayangan drama seriKorea di televisi dengan perilaku berpakaian remaja dan hubungan antara motifmenonton tayangan drama seri Korea dengan perilaku berpakaian remaja, makadigunakan uji analisis Koefisiensi Korelasi Rank Kendall, dan uji formula denganChi-Square, sedangkan untuk menguji korelasi antara dua variabel bebas dengan satuvariabel terikat, digunakan uji analisis Korelasi Konkordasi Rank Kendall (Kendall\u27sW Test).Berdasarkan hasil penelitian, maka tingginya intensitas menonton tayangandrama seri Korea di televisi akan diikuti pula dengan perilaku berpakaian yang modispada remaja. Hal ini dikarenakan responden dengan intensitas menonton yang tinggiakan lebih mudah terpengaruh dan berperilaku seperti apa yang ditampilkan dalamtayangan tersebut. Selain itu, ragam motif menonton tayangan drama seri Korea ditelevisi akan diikuti pula oleh perilaku berpakaian yang modis di kalangan remaja.Motif tersebut dapat mengarahkan remaja untuk mengetahui penampilan atau modeala Korea yang sedang menjadi kecenderungan (trend), mendapat kepuasan denganmelihat penampilan bintang idolanya, serta menemukan sosok model yang bisadijadikan inspirasi dan pedoman dalam bergaya seperti penampilan para artis dalamtayangan drama seri Korea di televisi.Kata kunci: Drama Seri Korea, Perilaku berpakaian, Korelasi.ABSTRACTTitle: The Relationship of The Intensity of Watching Korean Drama Series onTelevision and Motives Watching Korean Drama Series on Television withTeens Dressed Behavior.Name: Deansa PutriNIM: D2C009110Korean fashion style in and growing in Indonesia through Korean dramaseries in 2002, much-loved and adopted by teenagers. The teens tend to want toalways continue to follow the development of fashion that is popular in order to lookfashionable and stylish. This is done because the teen wanted to like what is shown bythe figures he saw, in the form of clothing worn by a model, as well as otheraccessories that can improve the appearance of her day-to-day. Fashionable dress onteen behavior is alleged to be the result of several factors, including the intensity ofwatching a Korean drama series on television and motives watching Korean dramaseries on television.This study aims to determine the relationship of the intensity of watching aKorean drama series on television and motives watching Korean drama series ontelevision with the behavior of teenagers dressed. Researchers used a Powerful EffectTheory and supported by Bandura\u27s Social Learning Theory. Respondents in thisstudy come from the young women in the city of Semarang ever watch a Koreandrama series over the past three months and aged 17 to 20 years. The study samplesize of 50 people where the sampling is done with non-random methode, withconsideration has\u27t complete information on population size, as well as samples foraccidental sampling technique.To examine the relationship between the variable of intensity of watching aKorean drama series on television with a teenager dressed behavioral variables andrelationships between variables of motives watching Korean drama series with thevariable of behavior of teenagers dressed, then used the test Kendall RankCorrelation Coefficient analysis, and testing with Chi-Square formula, while for thetest and explain the correlation between the two independent variables with thedependent variable, used test correlation analysis Konkordasi Rank Kendall(Kendall\u27s W Test).Based on the results of the study, the high intensity of watching a Koreandrama series on television will be followed by a fashionable dressing behavior inadolescents. This is because respondents with a high intensity watch will be easilydistracted and behave like what is shown in the display. In addition, the variety ofmotives watching Korean drama series on television will be followed by a fashionabledressed behavior among adolescents. The motive may lead adolescents to determinethe appearance or Korean-style fashion is a trend, the satisfaction and pleasure to seehis idol star appearance, as well as to discover the figure of a model that could beused as inspiration and guidance in the style of artists like appearance in the dramashow Korea in the television series.
机译:引言当今的电视媒体竞争日趋激烈,电视台的数量也随着时代的增长而增长。该国的电视台已经从一个电视台如印尼共和国电视台(TVRI)兴起,直到一个新的电视台在全国播出,并在首都雅加达设有办事处。这些电视台包括Rajawali Citra电视(RCTI),Surya Citra电视(SCTV),Nusantara Citra媒体(MNC TV),Andalas电视(ANTV),Indosiar,印度尼西亚转换电视(TRANS TV),TRANS 7,METRO TV,TV ONE以及GLOBAL TV。最近,韩国的音乐,戏剧和文化在包括印度尼西亚在内的几个东南亚国家中传播。不可否认,当今韩国音乐和戏剧在印尼非常受欢迎。甚至有很大的热情去搜寻和学习韩国的味道。在全球范围内,将韩国的戏剧,音乐和文化扩大的现象称为韩流(Koreanwave)或在朝鲜语中称为韩流(Hallyu),通过韩剧系列的韩流现象正在成为印尼私人电视台的一种趋势。该国一些私人电视台目前甚至还在竞相播放韩国电视剧。韩国电视剧集带来了带有各种冲突的灯光表演,并且以令人感兴趣的方式包装。当然,这部韩国戏剧很快就被真正想要新事物的人们所喜爱。确实,现实是,人们非常热衷于观看韩剧。除此之外,这些情节不像印尼话剧那样长,只有大约16至25个情节。饱受印尼肥皂剧表演的人们立即欢迎在印度尼西亚收录韩剧。韩剧的成功吸引了印尼人民的心,这证明了观众对当时首次播出的韩剧《无尽的爱》的高度兴趣。根据ACNielsen Indonesia的调查,《无尽的爱》系列收视率为10(五个主要城市的280万观众收看),接近流星花园,收视率为11(约308万观众)。 (http://www.slideshare.net/AHD/fenomena-ratingshare-televisi)。在使用大众媒体时,人类受到多种动机的驱使,动机是在人类中发现的一种力量,它会导致,指导和组织行为。 (行为)。鼓励每个人消费媒体的动机是不同的。不同的需求冲动会使人们使用电视的动机不同(Rachmat,2006:216)。这些不同的动机会对每个人产生不同的影响,进入印尼的韩国电视剧不仅会静观其变,而且韩国戏剧也会对印度尼西亚产生影响。除了在韩国蓬勃发展的韩剧之外,这个时候许多青少年开始受到韩国文化的影响也就不足为奇了,尤其是在时尚或时尚方面。在韩剧中,系列经常突显在韩国流行的时尚。韩国戏剧系列中的艺术家出镜总是受到“非常韩国”的着装风格的支持,从发型,发色,时尚服装,箱包,鞋子,配饰等等,不一而足。韩国风格的时尚通常被称为韩国风格,最后,时尚是一个有趣的话题,尤其是在那些对各种时尚发展充满活力的青少年中,他们因为想要吸引人,增强自信心,在环境中可以被接受,并且不被别人抛在后面而变得流行。 。只要有驱使它的动机,观看韩剧的强度就会继续,并且青少年希望从观看该节目中获得好处。从获得信息,个人身份,融合和社交互动以及娱乐的动机中可以看出青少年观看韩国戏剧的动机,通过电视,青少年从他们的偶像行为中得到启发。这个阶段首先要看电视中角色的着装风格或行为,然后青少年尝试调整其艺术家的着装风格,以期使他们的出现像电视上的韩剧一样。基于此,在电视上观看韩国电视剧的强度和在电视上观看韩国电视剧的动机与青少年的着装行为之间是否存在联系?ISI电视媒体在人类生活中的出现确实呈现出一种文明大众传播的过程如果对听众产生影响,就可以说是有效的。理解影响本身就是接收者收到消息后的想法,感受和行为之间的差异。随着将大众媒体消息的内容传递给观众的过程,观众将对消息进行不同的解释,并且效果也将有所不同。 (Bungin,2008:72)。根据沃尔特·利普曼(Walter Lippman)的假设(在维维安(Vivian),2008:465)中建立的强大效应理论,大众媒体对现实的形像有很强的塑造作用。强大的效应理论还解释说,大众传媒对人有直接而深刻的影响。在著名的哈罗德·拉斯韦尔(Harold Lasswell)概念中,“谁说出哪个渠道对谁产生了什么影响”,该理论在极端的情况下假设媒体可以向公众注入信息,思想,甚至进行宣传。利普曼水务说,我们自己没有亲身经历的世界“图片”是由大众传媒形成的,因此观众也将从媒体中获得各种满足感。不同的满意度也会产生不同的效果,因此,看电视可能会产生影响,但这取决于强度的高低。 Burhan Bungin(2001:125-126)揭示,青少年看电视的强度或频率会影响电视对青少年行为的影响程度。看电视的强度越高,对青少年行为的影响越快,效果越大。同样,相反的情况是,看电视的强度越低,对青少年行为的影响就越小,就看电视而言,青少年有不同的动机。这些动机是获取信息,个人身份,正直和社交互动以及娱乐的动机。动机是一种可以影响个人观看电视行为的指标,古德沃思(Goodhworth)(见佩特里,135:1981)指出,行为的发生是由于动机或鼓励的存在,指导人们按照所要实现的兴趣或目标行事。因为没有鼓励,就没有力量将个人引导到一种行为机制上。赫尔提出的另一种观点(见\ u27ad,140:1995)证实了一个人的行为受到动机或冲动的影响,动机是出于满足或满足对存在于其中的需求的兴趣。个人自我。进一步解释说,行为的产生不仅是由于来自个人需求的鼓励,而且是由于学习因素的存在,这可以通过对社会学习理论的解释得到加强,基于阿尔伯特·班杜拉的研究结果,该理论解释说,他们模仿了什么通过观察性学习其他成为榜样的个人所表现出的行为的过程,他们在电视上看到的内容。社会学习过程的出发点是事件可以被某人直接或间接地观察到。该事件可能发生在人们的日常活动中,也可以通过电视,书籍,电影和其他大众媒体直接呈现。 (Liliweri,1991:174)。至于班杜拉理论中重要的是,学习过程是从阶段开始的。 (一)注意过程; (2)提醒过程; (3)运动过程中的重新创造; (4)根据鼓励指导运动的过程。 (Liliweri,1991:179)。显然,青少年仍然喜欢寻找角色或榜样作为行为和外表的榜样,因此青少年经常会注意并记住他们在电视上看到的榜样的行为。通常情况下,所看到的戏剧场景或所描绘的行为会引起人们的注意,因此,从言语,动作甚至角色穿着的衣服中,都可以观察到它们,然后只能在其外观上使用。Monks(1969:109)指出行为或行为可以通过单独观察来学习。通过电视,青少年可以看到事件,行为和所有新事物,这些新事物最终会受到公众的关注,并在人们中变得流行。与这项研究有关,由此产生的行为是青少年的着装风格。青少年希望顺应潮流,从发型,衣服,箱包,鞋子和其他配饰开始,很明显,青少年将受到媒体所见和提供的启发为了了解青少年的着装行为,为了解电视上观看韩国电视连续剧的强度(X1)与青少年的着装行为(Y)之间是否存在关联,然后通过Rank Kendall相关分析进行统计检验。根据研究假设的测试结果,该假设指出,可以在电视上观看韩国连续剧的强度与青少年着装行为之间存在正相关关系。这就解释了在电视上观看韩剧的强度很高,以及青少年的着装习惯,通过结合娱乐和电视上间接播出的韩剧信息,提出了各种关于韩式时尚的参考,这些时尚正在成为一种趋势或趋势。 。观看强度高的韩国电视剧的受访者被视为重观看者,他们将采用该方法的想法视为现实,这样它会更容易受到影响并且表现得像戏剧系列中的表现。包括在轻型观众组中,他们只将韩国电视连续剧视为一个节目,而没有将其视为现实,因此该组中的影响力不如大型观众组。两者之间的区别在于,在大型观众组中主流化(遵循流程)的概念。可以通过使用卡方检验公式进行统计检验来确定在电视(X2)上着装(Y)观看韩国电视连续剧的动机。根据对研究假设的检验结果,该假设指出,可以在电视上观看韩国电视剧的动机与青少年的着装行为之间存在正相关关系。这解释了在电视上观看韩剧的动机多种多样,以及青少年的着装习惯,对韩式时尚感兴趣的受访者可以通过电视上的韩剧来跟随这种模式的发展。青少年趋向于跟上时尚的发展趋势,而时尚的发展正成为一种趋势,以使其看起来时尚。在电视上观看韩剧的个人身份动机可以引导青少年以时尚的方式表现,因此在电视上观看韩剧的各种动机都将影响青少年的着装行为,电视上观看韩剧的强度(X1)与观看戏剧表演的动机之间的关系。通过等级Kendall相关相关性进行统计检验,可以知道电视上具有青少年着装行为(Y)的韩文系列(X2),在计算出相关相关系数为0.194并且显着性值小于0.01的结果后,该关系非常表达重大。与卡方检验的结果一样,获得的X2值为19.387(df = 2),并且显着性值0.000小于0.01,因此可以说Ha被接受而Ho被拒绝。然后,测试结果表明,独立变量(观看韩剧的观看强度和观看韩剧的动机)一起与因变量(青少年着装行为)有着非常重要的关系,这意味着无论是单独站立还是在一起站立,这两个自变量(观看韩剧的强度和观看韩剧的动机)与因变量(着装行为)有关系,因此,在电视上观看韩剧的强度高以及在电视上观看韩剧的动机的多种多样,都会影响穿着时尚的行为。结语针对三宝垄年龄在17至20岁之间从未看过电视节目的年轻女性进行的关于在电视上观看韩国电视剧的强度与在电视上观看韩国电视剧的动机与青少年的着装行为之间的关系的研究在过去的三个月中,这部电视剧和韩剧已经在电视上播出了,该研究的抽样方法是通过非随机抽样完成的,同时考虑到该研究中无法确定的人口。本研究使用问卷数据收集工具。以问卷形式分发的数据收集技术,以及以检查表(适当的列表)形式的观察指南的帮助,该观察表用于观察青少年的着装行为。分析获得的定量数据的工具是统计学然后,将使用相关性来描述,以检验电视上观看韩剧的强度与青少年观看电视剧的动机与青少年的着装行为之间的关系。我的结论和建议如下:5.1。结论1。观看韩剧的强度变量与青少年着装行为变量之间存在非常显着的关系。这基于0.540的相关系数和0.000的显着性值。因此,在电视上观看韩国电视剧的强度很高,这鼓励青少年将节目中呈现的想法视为现实,并表现出节目中所呈现的行为。在电视上观看韩剧的强度越高,青少年的行为就越时尚。在电视上观看韩国电视连续剧的动机和衣着习惯之间存在着非常重要的关系。这是从计算得出的X2结果31,222(df = 6,有效值为0,000)获得的。以及ContingencyCoefficient(C)相关性测试结果为0.620,显着性值为0,000。这解释了在电视上观看韩国电视剧的动机多种多样,而青少年的着装习惯也随之而来。在电视上观看韩剧的强度变量与在电视上观看韩剧的动机之间存在着青少年着装行为的变量,这之间存在非常显着的关系,根据相关性检验的结果,得出的信息系数为0.194,显着性值为0.000。计算出的X2值为19.387(df = 2),有效值为0.000。这意味着两个独立变量(在电视上观看韩剧的强度和在电视上观看韩剧的动机)两者都与因变量(少年穿着行为)相关,因此在电视上观看韩剧的强度很高电视上观看韩剧的动机多种多样,将影响青少年时髦服装的行为。4。在这项研究中,韩国电视剧在电视中的收看率最高的是年龄在20岁以下的年轻女性,高达36%,而根据受教育程度,在大学或大学里就读的年轻女性的最高百分比是80%.5.2。建议1。基于上述结论,电视上的韩剧系列实际上可以帮助青少年在寻找青少年模特时提供灵感,这与通过电视上的韩剧演员所扮演的艺术家的“身材”与着装或出场风格有关。但是,也希望观众能够明智地过滤这些节目中包含的信息,并对他们消费的节目有选择性,以便能够区分媒体现实和社会现实,因此不一定会跟随节目中的所有内容。2。在与青少年着装行为有关的进一步研究中,可以通过观察可能成为行为原因的其他因素(观看程度和动机观看强度之外)来完成,例如教育水平,社会地位或同伴互动。此外,还可以使用不同的采样技术进行研究:PUSTAKABUKU的清单Ardianto,Elvinaro和Erdinaya,Liluati Komala。 2004年。大众传播概论。万隆:《 Simbiosa Rekatama Media》,出版于1989年,硕士,学习动机。雅加达:Dik.Dik.Bud高等教育发展项目和权力机构总干事。 2006。定量研究方法论。雅加达:肯卡纳·普雷纳达媒体集团(Kencana PrenadaMedia Group)。 2001年。大众传媒情色。雅加达:Kencana Prenada MediaGroup。马尔纳姆·巴纳德。 2007。时尚与传播。日惹(Yogyakarta):贾拉苏特拉(Jalasutra),坎加拉(Cangara),哈菲德(Hafied)。 1998年。传播科学导论。雅加达。拉贾·格拉芬多·佩萨达(Raja grafindo persada)。 U.1993。电视广播理论与实践。万隆:Mandar Maju,Effendy,Onong。 U.2003。传播理论与实践。万隆:PT.RemajaRosdakarya.Gerungan,W.A. 1991年。社会心理学。万隆:埃雷斯科,克劳迪亚·卡努2010。9天在韩国各地。日惹:B-Fierst。Khadijah,Nyanyu。 2006年。教育心理学。巨港:格拉菲卡·特林多出版社(Krafwandi),瓦旺(Wawan)。 1996年,《大众传播对电视媒体的分析》,雅加达:Rhineka Cipta,Alo Liliweri。 1997年,《理解大众传播在社会中的作用》,万隆:Citra Aditya Bakti。McQuail,丹尼斯。 1996年。大众传播理论导论。雅加达:Erlangga。Monks,F. J等。 1982年。发展心理学。日惹:加雅马达新闻大学(Moajasan)。 2008。广播媒体管理。雅加达:Kencana Prenada MediaGroup.Nuruddin。 2000。印度尼西亚通信系统。玛琅(Malang):BIGRAFF出版。Petri,H.L. 1981年。动机理论与研究。加利福尼亚州贝尔蒙特:Wadsworth出版公司,贾拉洛丁(Gal),贾拉鲁丁(Galal)。 2001.传播研究方法。万隆:青年节Rosdakarya.Rakhmat,Jalaluddin。 2006。传播心理学。万隆:PT Remaja Rosdakarya.Rakhmawati,Dede。 2011年。擅长1天韩语学习。雅加达:科学仓库,Sugiyono。 2002年。《统计研究》。万隆:Alfabeta.Sugiyono。 2006。定量和定性研究方法。万隆:Alfabeta,Singarimbun Masri和Sofian Effendi。 1995.研究与调查方法。雅加达:LP3ES,Vivian,John。 2008。大众传播理论。 Prenada Media:雅加达。威扬托。 2000。大众传播理论。雅加达:PT Grasindo.Wiryanto。 2004年。传播学导论。雅加达:PT Grasindo.INTERNEThttp:// //www.slideshare.net/AHD/现象级评级共享-televisi.www.geocities.com/dramakorean.http:// //www.facebook.com/pages/PENYUKA-DRAMA-KOREA/ http://tvguide.co.id/mobile-new//home.http://www.facebook.com/koreanbutik.shopiing/,http://www.facebook.com/ballegirls.shop.http:// www.facebook.com/tomoya.koreanbutik.http://id.wikipedia.org/wiki/Drama_Korea.id.wikipedia.org/wiki/Hallyu.www.koreanstylefashion.com/.http://www.saranghaeyo.biz .www.saranghaeyo.biz›时尚›生活方式.ABSTRAK标题:密切相关的关系,观看电视剧中的韩剧和看电视的动机,观看电视剧中少年穿着的行为对韩国的印象,名字:Deansa PutriNIM:D2C009110通过韩国的连续剧在印度尼西亚兴起的朝鲜风格在2002年,受到青少年的青睐和应用。 Pararemaja往往总是想跟上流行的时尚,以便显得时尚。之所以这样做,是因为青少年希望自己所看到的角色像他们所看到的角色一样,即模特穿着的衣服以及其他可以改善外观的配件。青少年的着装习惯被认为是多种因素的结果,包括在电视上观看韩剧的强度和在电视上观看韩剧的动机,这项研究旨在确定在电视上观看韩剧的强度与在剧中观看动机之间的关系。韩国电视上的少年穿着行为。研究人员使用强大的效应效应,并得到Bandura的社会学习理论的支持。这项研究的受访者来自三宝垄市的17至20岁的年轻女性。这项研究的样本数为50人,这些样本是通过非随机方法进行抽样的,还有偶然抽样的抽样技术,目的是调查电视上观看韩剧的强度与青少年穿着行为之间的关系,以及观看韩剧的动机与青少年的穿着行为之间的关系,然后使用Kendall秩相关系数分析测试和Chi-Square公式检验,同时使用一个因变量测试两个自变量之间的相关性,即Kendall秩相关性关联分析检验(Kendall \ u27sW检验)。根据研究结果,较高的观看强度表明韩国电视连续剧也将紧随青少年的着装习惯。这是因为观看强度高的受访者将更容易受到影响,并表现出与广播中所显示的行为相同的行为。此外,在电视上观看韩国电视剧的动机多种多样,其次是青少年的着装行为,该图案可以使青少年了解正在流行的外表或韩国时尚,通过观看偶像明星的出现获得满足感,以及查找可以启发和指导风格的模特人物,例如电视上的韩剧系列中的艺术家出场关键词:韩剧系列,穿衣行为,相关性摘要标题:电视韩剧观看强度与观看韩语动机的关系电视剧系列,十种穿着打扮的行为姓名:Deansa PutriNIM:D2C009110 2002年通过韩国电视剧在印度尼西亚流行并在印度尼西亚流行的韩国时尚风格,深受青少年的喜爱和采用。青少年趋于希望继续追随流行的时尚发展,以使其看起来时髦又时尚。之所以这样做,是因为该少年希望喜欢模特所穿的服装形式,就像他所看到的人物所显示的那样以及其他可以改善她的日常外观的配件。据称,穿着时髦的青少年行为是多种因素导致的结果,包括在电视上观看韩剧的强度和在电视上观看韩剧的动机。本研究旨在确定在电视上观看韩剧的强度与在电视上观看韩剧的强度之间的关系。看韩剧的电视节目动机与青少年的着装打扮有关。研究人员使用了强大的效应理论,并得到了Bandura的社会学习理论的支持。本研究的受访者来自三宝垄(Semarang)市的年轻女性,过去三个月里他们观看过韩剧系列,年龄在17至20岁之间。本研究以非随机方式进行抽样的50人样本进行了研究,考虑到了有关人口规模的完整信息以及意外抽样技术的样本。研究了观看韩国电视连续剧收视强度的变量之间的关系。电视中有一个青少年着装的行为变量和动机变量之间的关系,观看韩剧系列与青少年着装的行为变量,然后使用检验Kendall RankCorrelation系数进行分析,并用卡方公式进行检验,同时用于检验和解释两者之间的相关性。两个具有自变量的自变量,用于检验相关性分析Konkordasi Rank Kendall(Kendall \ u27s W检验)。根据研究结果,在电视上观看韩国电视剧的强度很高,其后是青少年的着装习惯。这是因为拥有高强度手表的受访者很容易分心,其行为就像显示屏上显示的那样。此外,在电视上观看韩剧的动机多种多样之后,青少年还会穿时髦的衣服。动机可能会导致青少年确定外观或韩国风格的时尚是一种趋势,对偶像明星外观的满足感和愉悦感,以及发现可以作为艺术家风格的灵感和指导的模特形象出现在电视连续剧的韩国电视剧中。

著录项

相似文献

  • 外文文献
  • 中文文献
  • 专利

客服邮箱:kefu@zhangqiaokeyan.com

京公网安备:11010802029741号 ICP备案号:京ICP备15016152号-6 六维联合信息科技 (北京) 有限公司©版权所有
  • 客服微信

  • 服务号