Pasar modal merupakan suatu sarana bagi pelaku bisnis untuk mendapatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan cara memperjualbelikan instrumen keuangan. Salah satu instrumen keuangan yang diperjualbelikan dalam pasar modal ialah obligasi. Obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan yang mewajibkan penerbit untuk melakukan pembayaran secara berkala pada jangka waktu yang telah ditentukan. Pasar obligasi dalam perkembangannya memiliki peran penting sebagai alternatif sumber pembiayaan jangka panjang dan telah mengalami peningkatan selama beberapa tahun terakhir, perkembangan ini tidak terlepas dari adanya gap antara tingkat bunga pada obligasi dengan tingkat bunga pada perbankan yang mengindikasikan bahwa perusahaan akan lebih untung jika mendapatkan dananya melalui penawaran obligasi. Selain itu, investor akan mendapatkan keuntungan juga jika menanamkan modalnya pada obligasi karena memberikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi. Sektor perbankan merupakan salah satu pelaku terpenting dalam perekonomian suatu negara, baik masyarakat maupun kalangan industri sangat membutuhkan jasa perbankan dalam mendukung kegiatan bisnisnya. Sub sektor perbankan ini sangat sensitif terhadap perubahan suku bunga, apabila terjadi perubahan pada suku bunga maka perbankan langsung menyesuaikan tingkat bunganya sehingga hal ini akan mempengaruhi return, diketahui dari statistik perbankan Indonesia tahun 2013 bahwa net interest margin menunjukkan tren yang menurun dalam kurun waktu lima tahun terakhir sehingga hal tersebut akan berpengaruh pada profitabilitas perbankan. Selain itu, struktur pendanaan perbankan mengenai proporsi pendanaan antara jangka pendek dengan penyaluran kredit (kredit investasi) yang tidak sesuai dapat menimbulkan risiko mismatch karena mayoritas sumber pendanaan perbankan bersumber dari dana pihak ketiga dimana dapat ditarik sewaktu-waktu oleh deposan sehingga hal ini dapat menyebabkan ketidakmampuan bank dalam menjalankan fungsi intermediasinya, oleh karena itu pendanaan melalui penerbitan obligasi dapat menguatkan struktur pendanaan perbankan dan mengurangi risiko kegagalan bank. Kondisi meningkatnya transaksi obligasi korporasi di Indonesia dari waktu ke waktu menunjukkan bahwa obligasi korporasi khususnya pada sub sektor perbankan semakin diminati meskipun profitabilitas perbankan mengalami tren yang menurun, oleh karena itu perlu diketahui determinan dari karakteristik obligasi terhadap return obligasi.udSalah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam obligasi ialah tingkat suku bunga, obligasi sangat rentan terhadap perubahan suku bunga karena dapat memberikan dampak pada perubahan harga obligasi yang akan berimbas juga pada return obligasi. Faktor lain yang mempunyai pengaruh terhadap return obligasi, yaitu periode jatuh tempo (maturity), risiko gagal bayar (default risk) dan informasi keuangan. Lamanya waktu jatuh tempo akan sangat sensitif terhadap perubahan harga, hal ini dikarenakan adanya perubahan suku bunga selama periode jatuh tempo. Perubahan harga dapat diukur dengan durasi, karena durasi dianggap dapat melihat risiko jatuh tempo dan merupakan suatu alat yang efektif dalam mengukur maturitas obligasi. Default risk adalah ketidakpastian yang timbul atas kemungkinan gagal bayar oleh pihak penerbit obligasi. Investor dapat mengetahui kekuatan finansial serta melihat potential future risk dengan mempertimbangkan rating obligasi yang diterbitkan oleh lembaga pemeringkat efek. Tinggi rendahnya tingkat risiko dapat berperan dalam menentukan peringkat obligasi, sehingga peringkat obligasi dapat memberikan gambaran terhadap risiko gagal bayar. Investor dapat mempertimbangkan informasi keuangan melalui debt to equty ratio (DER). DER merupakan indikator struktur modal dan risiko finansial, yang merupakan perbandingan antara hutang dan modal sendiri. Mengacu pada permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan return obligasi serta menganalisis faktor dalam karakteristik obligasi yang berperan penting dalam return obligasi pada sub sektor perbankan selama 2010-2013. Perhitungan return dalam penelitian ini menggunakan formula Gebhardt et al. (2003). Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling yang memiliki 5 kriteria pertimbangan. Sampel penelitian ini berjumlah 14 dari jumlah populasi sebanyak 23 obligasi sub sektor perbankan pada periode 2010-2013. Selama periode penelitian, tingkat return obligasi tertinggi dan terendah tidak dimiliki oleh obligasi yang sama melainkan berbeda-beda pada setiap periodenya. Peningkatan return obligasi terjadi mulai dari periode 2010 dan 2011 kemudian bergerak turun pada akhir periode 2012 dan terus menurun hingga 2013. Pergerakan return obligasi sub sektor perbankan yang mengalami fluktuasi ini diakibatkan karena adanya pengaruh dari karakteristik obligasi itu sendiri, seperti tingkat suku bunga (BI rate), harga obligasi, yield to maturity, rating, dan periode jatuh tempo (durasi). Penelitian ini menggunakan model random effect, memiliki nilai R2 sebesar 73,62 persen yang artinya bahwa variabel-variabel independen dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap return obligasi sebesar 73,62 persen. Secara simultan (Uji F) menunjukkan bahwa seluruh variabel independen memiliki pengaruh terhadap dependen. Secara parsial (Uji t), terdapat 3 variabel yang memiliki pengaruh terhadap variabel dependen, yaitu yield to maturity, suku bunga, dan durasi. Sedangkan rating dan debt to equity tidak berpengaruh terhadap return obligasi.
展开▼