Permasalahan emosi pada masa remaja sangat menarik sebab emosi merupakan suatu fenomena yang dimiliki oleh setiap manusia. pengaruhnya sangat besar terhadap aspek-aspek kehidupan lain seperti sikap, perilaku, penyesuaian pribadi dan sosial yang dilakukan karena tidak mampu mengendalikan emosi. Remaja akhir saat mengalami putus cinta ada yang mampu mengontrol emosinya dan ada yang kurang mampu mengontrol emosi. Remaja akhir yang mampu mengontrol tidak mengalami stres dan mampu menjalani kehidupan sosialnya sengan baik. Berbeda dengan remaja akhir yang kurang mampu mengontrol emosinya, terlebih-lebih bagi remaja akhir saat berpacaran sudah melakukan hubungan seks ada perasaan benci dan marah atas pemutusan hubungan oleh pasangannya.udTujuan dari penelitian ini adalah memahami strategi dan dinamika psikologis regulasi emosi pasca putus cinta pada remaja tahap akhir. Gejala yang menjadi fokus penelitian, yaitu regulasi emosi pada remaja tahap akhir. Ciri-ciri yang dijadikan responden, yaitu: (1) Remaja akhir dengan rentang umur 18 – 21 tahun. (2) Remaja tersebut pernah atau sedang mengalami putus cinta. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu wawancara.udKesimpulan hasil penelitian, yaitu: (1) Regulasi emosi pasca putus cinta pada remaja tahap akhir yang positif berjumlah 7 subjek dan dan regulasi negatif satu subjek. (2) Faktor-faktor yang mempengaruhi regulasi emosi pasca putus cinta pada remaja tahap akhir, yaitu: (a) jenis kelamin, laki-laki dipengaruhi oleh sikap dan logika bahwa berpacaran dapat putus karena sudah tidak sesuai lagi. Subjek mampu menerima kenyataan, putus cinta cari lagi karena subjek tidak mau terbebani masalah cinta. Subjek laki-laki lebih mengutamakan kognitif dibandingkan emosinya. Sedangkan perempuan lebih mengutamakan emosinya daripada logikanya. (b) Kognitif, subjek mampu mengendalikan respon emosi negatifnya dan tidak melakukan perbuatan yang merugikan dirinya. Subjek mampu mengendalikan emosinya sehingga ia tidak larut dalam kesedihan. (c) Kepribadian: subjek yang memiliki ciri-ciri sensitif, moody, suka gelisah, sering merasa cemas, panik, harga diri negatif, kurang dapat mengontrol diri dan tidak memiliki kemampuan coping yang efektif terhadap stres cenderung memiliki regulasi emosi negatif, atau sebaliknya.
展开▼