Banjar, hingga saat ini telah mengalami beberapa kali perubahan status. Sebelum menjadi pemerintahan daerah otonom dari 21 Februari 2003 sampai sekarang, pada tahun 1937-1940 Banjar merupakan Kota Kecamatan, sementara dari tahun 1941 hingga 1992 Banjar merupakan Kota Kewadanan dan menjadi Kota Administratif dari tanggal 2 Maret 1992 sampai dengan 20 Februari 2003. Kota Banjar dinilai strategis karena berada di wilayah perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah. Posisi ini dianggap menguntungkan karena merupakan jalur lintas penghubung antara Propinsi Jawa Barat dengan Jawa Tengah sehingga diharapkan dapat menunjang pertumbuhan Banjar sebagai kota industri, perdagangan jasa dan pariwisata. udSemenjak pembentukan kota administratif tingkat pertumbuhan Kota Banjar kehilangan percepatannya, hal tersebut menjadi salah satu permasalahan Kota Banjar seperti tercantum dalam Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Kota Banjar Tahun 2006 yaitu lambatnya pertumbuhan kekuatan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu peningkatan status pemerintahan yang baru harus diikuti oleh strategi pengembangan wilayah yang sesuai, salah satunya dengan menganalisis sektor pemicu (prime mover) pertumbuhan atau sektor basis beserta strategi pengembangannya. Sektor basis merupakan sektor yang memiliki keunggulan kompetitif daripada daerah lain dan pengembangan sektor basis akan menjadi lokomotif bagi sektor lainnya. Daerah yang memiliki keunggulan sektor basis akan tumbuh lebih cepat dari pada daerah lain. udPenelitian ini bertujuan sebagai berikut 1) Menentukan sektor basis dan sub sektor basis pembangunan Banjar sebagai kota otonom, 2) Merumuskan strategi pengembangan sub sektor basis dalam membangun Banjar sebagai kota otonom dan 3) Menentukan strategi prioritas sub sektor basis yang sebaiknya dijalankan.udPenentuan sektor basis dan sub sektor basis dalam penelitian ini menggunakan alat analisis Location Quotient (LQ), Shift Share (SS) berdasarkan Bappenas (2003) dan alat analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) berdasarkan Dikti (2005). Sedangkan perumusan strategi menggunakan SWOT dan QSPM. Input data yang digunakan dalam analisis LQ, DLQ dan SS adalah PDRB Jawa Barat serta PDB Nasional Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 1993. PDRB ADHK 1993 menjadi prioritas pertama dalam analisis karena lebih menggambarkan pertumbuhan ekonomi sebenarnya. Rentang waktu data yang digunakan adalah tahun 2001 hingga 2003. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif melalui pendekatan studi kasus. Sampel responden diambil dengan sengaja (purposive) berasal dari pemerintahan, pelaku perdagangan, LSM dan akademisi. Perumusan alternatif strategi hanya dilakukan untuk satu sub sektor saja.udAnalisis LQ yang telah dilakukan memperlihatkan bahwa ada empat sektor yang dapat dijadikan sektor basis yaitu 1)sektor pertanian, 2)sektor pengangkutan dan komunikasi, 3)sektor perdagangan, hotel dan restoran serta 4)sektor jasa-jasa. Nilai LQ diatas satu keempat sektor tersebut menunjukkan keunggulan secara nasional dan propinsi. Analisis Shift Share yang dilakukan terhadap keempat sektor tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2001-2003 tidak ada satu sektor yang memiliki produktivitas (differential shift) dan pertumbuhan (proportional shift) yang lebih baik dari propinsi dan nasional. Nilai shift share terendah dimiliki oleh sektor pertanian diikuti sektor jasa-jasa, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor perdagangan hotel dan restoran. Secara keseluruhan sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki nilai yang lebih baik. Analisis DLQ yang merupakan pengembangan analis oleh Dirjen Dikti (2005) dari alat analisis LQ menunjukkan hanya sektor perdagangan, hotel dan restoran yang memiliki nilai diatas satu pada tahun 2001 hingga 2003. udSektor perdagangan, hotel dan restoran terdiri dari tiga sub sektor yaitu sub sektor perdagangan besar dan eceran, sub sektor hotel dan sub sektor restoran. Langkah selanjutnya dari penelitian ini adalah menentukan sub sektor yang menjadi basis pengembangan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Analisis LQ dengan input PDRB ADHK 1993 memperlihatkan bahwa subsektor perdagangan besar dan eceran memiliki nilai LQ lebih dari satu pada kurun waktu pengamatan. Analisis shift share juga menunjukkan bahwa secara keseluruhan sektor perdagangan besar dan eceran memiliki nilai yang lebih baik. Hal ini berarti produktifitas dan laju pertumbunhannya lebih baik untuk kemudian ditetapkan sebagai sub sektor basis yang dapat berperan sebagai prime mover sektor.udPerumusan strategi untuk sub sektor perdagangan besar dan eceran dalam penelitian ini menggunakan analisis SWOT. Secara keseluruhan aktivitas perdagangan di Kota Banjar mampu merespon dengan baik peluang dan ancaman yang terjadi (jumlah bobot total 2,99). Sementara itu kekuatan yang dimiliki berdasarkan analisis faktor strategis internal adalah : Ketersediaan barang, kemampuan teknis, skala usaha, promosi, peraturan daerah di bidang perdagangan dan partisipasi masyarakat. Nilai bobot total faktor internal 2,861 memperlihatkan bahwa secara internal aktivitas perdagangan saat ini cukup baik.udBeberapa strategi yang berhasil dirumuskan dengan analisis SWOT mempertimbangkan peluang (Opportunity), ancaman (Threats), kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness) tersebut yaitu : a. Strategi Strength-Opportunity (SO); Melakukan promosi aktif sebagai pemerintahan yang baru terbentuk dengan potensi ekonomi wilayah yang dimiliki terhadap investor-investor dan didukung oleh penyusunan peraturan yang kondusif serta penegakkan peraturan untuk meyakinkan investor akan komitmen pemerintah kota bersama masyarakat; b. Strategi Strength-Threat (ST): Menginventarisir komoditas yang secara ekonomis dapat bersaing, dapat diberikan nilai tambah dan memberikan nilai tambah untuk masyarakat untuk kemudian disusun strategi pengembangannya; c. Strategi Weakness-Opportunity (WO): Memaksimalkan perencanaan, pengawasan kinerja dan hubungan lembaga pemerintahan serta manusia didalamnya mengingat pemerintahan yang baru terbentuk. Selain itu perlu juga diberikan pelatihan manajemen usaha kepada masyarakat perdagangan Kota Banjar.; d. Strategi Threats-Weakness (TW): Melakukan kerjasama dengan wilayah perbatasan dan dan memanfaatkannya sebagai sebuah daya tarik untuk menarik minat investasi dari luar. Perbatasan merupakan sebuah peluang dalam mendapatkan sumber daya yang tidak dimiliki secara memadai oleh Kota Banjar. Kerjasama dapat membuka informasi dan peluang pasar baik kebutuhan, pasokan produk ataupun kerjasama lain di bidang perdagangan.udBerdasarkan keterkaitan antar strategi tersebut disusun tiga set strategi yang kemudian dinilai daya tariknya oleh responden untuk kemudian dianalisis dengan QSPM. Tiga set strategi yang disusun adalah Strategi I : Melakukan inventarisasi, survey dan kajian potensi produk serta komoditi yang kompetitif serta mendorong masyarakat untuk mengusahakannya. Strategi II : Memaksimalkan program, kinerja dan hubungan lembaga pemerintahan. Strategi III : Melakukan kerjasama dengan wilayah perbatasan dalam subsektor perdagangan ataupun bidang lainnya dengan tujuan mengembangkan sektor perdagangan.udStrategi I merupakan strategi yang terkait dengan sub sektor perdagangan internal Kota Banjar di lapangan secara langsung, strategi II berhubungan dengan kinerja aparat pemerintahan dalam menjalan program yang sudah ada dan strategi III berhubungan dengan sektor perdagangan secara eksternal terkait dengan kerjasama wilayah-wilayah sekitar Kota Banjar. Analisis QSPM menyimpulkan bahwa strategi yang memiliki nilai daya tarik terbesar yaitu strategi I (6,01) diikuiti strategi III (5,90) dan strategi II (5,64). Berdasarkan prioritas strategi I tersebut maka kajian yang bisa dilakukan meliputi kajian yang berhubungan dengan 1)survey produk dan komoditas yang dihasilkan oleh sektor pertanian dan industri kecil yang ada di Kota Banjar serta karakteristik produk dan komoditas sejenis yang dihasilkan oleh daerah lain; 2)keterkaitannya dengan faktor produksi yaitu, jumlah modal yang dimiliki masyarakat, jumlah kebutuhan dana, jumlah serapan tenaga kerja, bahan baku, daya dukung lingkungan, analisis dampak lingkungan, proses produksi, peralatan produksi dan karakteristik SDM yang dimiliki; 3)keterkaitan dengan pasar yaitu, karakteristik permintaan saat ini dan prospek pasar masa depan; 4)keterkaitan dengan wilayah perbatasan yaitu, produk dan komoditas yang dihasilkan oleh wilayah perbatasan, permitaan dan penawaran akan produk dan komoditas tertentu dari perbatasan, kebijakan pembangunan wilayah perbatasan, serta karakteristik SDM dan SDA di wilayah perbatasan 5)keterkaitan dengan pemerintah pusat yaitu kebijakan pemerintah pusat pada sektor-sektor terkait.
展开▼