Integrasi ekonomi di kawasan ASEAN menciptakan peluang sekaligus ancaman bisnis internasional bagi perusahaan-perusahaan Indonesia termasuk Cahaya Buana Intitama (CBI). Sesuai dengan visi CBI yang salah satunya ingin menjadi pemimpin di pasar regional, CBI berusaha memanfatkan peluang dan mengurangi ancaman yang ada tersebut sehingga visi perusahaan dapat tercapai. Oleh karenanya penting bagi CBI untuk memiliki pemahaman yang baik tentang lingkungan bisnis di kawasan ASEAN, khususnya Brunei Darussalam yang merupakan negara prioritas tujuan ekspansi produk furnitur plastik CBI. Selanjutnya CBI perlu menggunakan mode masuk yang tepat ketika masuk ke pasar furnitur plastik Brunei Darussalam sehingga dapat memanfaatkan peluang dan mengurangi ancaman yang ada secara maksimal.udPenelitian ini bertujuan untuk menentukan mode masuk yang sebaiknya dipilih Cahaya Buana Intitama ketika masuk ke pasar furnitur plastik Brunei Darussalam berdasarkan prioritas kriteria-kriteria yang dianggap penting. Sebelumnya terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap potensi pasar furnitur plastik Brunei Darussalam menurut variabel-variabel yang diasumsikan mempengaruhi permintaan Brunei Darussalam terhadap produk furnitur plastik Indonesia sebagai home country CBI.udPenelitian dilakukan di Cahaya Buana Intitama. Pengumpulan dan pengolahan data untuk keperluan penelitian dilaksanakan selama 5 (lima) bulan dimulai pada bulan September 2005 hingga Januari 2006. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif. Sampling dilakukan secara purposive sampling terhadap lima orang responden yang dianggap pakar. udDalam penelitian ini digunakan dua alat analisis, yaitu regresi linier dan Analytical Hierarchy Process (AHP). Regresi linier digunakan dalam analisis potensi pasar furnitur plastik Brunei Darussalam menurut variabel-variabel yang diasumsikan mempengaruhi permintaan Brunei Darussalam terhadap produk furnitur plastik Indonesia sebagai home country CBI. Variabel-variabel yang digunakan dalam analisis regresi linier ini adalah variabel permintaan sebagai variabel dependen, sementara variabel-variabel independen yang digunakan adalah variabel harga produk furnitur plastik, variabel harga produk substitusi furnitur kayu, variabel harga produk substitusi furnitur rotan, variabel jumlah penduduk Brunei Darussalam, variabel pendapatan per kapita penduduk Brunei Darussalam dan variabel kurs. Alat analisis AHP digunakan dalam penentuan mode masuk yang sebaiknya dipilih Cahaya Buana Intitama ketika masuk ke pasar furnitur plastik Brunei Darussalam berdasarkan prioritas kriteria-kriteria yang dianggap penting. Hierarki AHP yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada kriteria-kriteria yang diusulkan oleh Kim dan Hwang dalam Levin dan Wan (1999) yang disesuaikan dengan kebutuhan dalam penelitian ini. Alternatif mode masuk yang digunakan disesuaikan dengan prioritas yang disusun oleh CBI menurut strategi dan uji kelayakan yang dilakukan CBI sendiri.udDari analisis regresi linier yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa permintaan produk furnitur plastik Brunei Darussalam yang berasal dari Indonesia dipengaruhi secara signifikan oleh harga produk furnitur rotan, jumlah penduduk dan kurs dollar Brunei terhadap dollar Amerika Serikat, sedangkan harga produk furnitur plastik, harga produk furnitur kayu dan pendapatan penduduk Brunei Darussalam tidak memberikan pengaruh yang signifikan. udDari analisis AHP yang dilakukan dalam penelitian diperoleh hasil bahwa kriteria yang perlu dipertimbangkan oleh CBI dalam menentukan mode masuk ke pasar furnitur plastik Brunei Darussalam berturut-turut berdasarkan tingkat prioritasnya adalah sebagai berikut : Value of firm-specific know-how (24,77 persen), Global strategic motivation (14,96 persen), Country risk (12,21 persen), Location unfamiliarity (11,22 persen), Competition intensity (8,30 persen), Global concentration (7,78 persen), Demand uncertainty (7,66 persen), Global synergies (6,59 persen) dan Tacit nature of know-how (6,51 persen). Mode masuk yang sebaiknya dipilih oleh CBI untuk masuk ke pasar furnitur plastik Brunei Darussalam berturut-turut berdasarkan tingkat prioritasnya adalah sebagai berikut : Wholly-owned Subsidiary (28,39 persen), Joint Venture (26,56 persen), Branch Office (23,35 persen) dan Exporting (21,70 persen). Prioritas mode masuk ini secara umum menunjukkan bahwa CBI dianggap dapat memaksimalkan potensi yang ditawarkan Brunei Darussalam sementara resiko bisnis di Brunei Darussalam dianggap relatif rendah.
展开▼