首页> 外文OA文献 >Analisis kelembagaan pengelolaan dana alokasi khusus dana reboisasi (dak dr) di kabupaten siak
【2h】

Analisis kelembagaan pengelolaan dana alokasi khusus dana reboisasi (dak dr) di kabupaten siak

机译:锡克地区造林资金(非博士)专项资金管理的制度分析

摘要

Provinsi Riau mengalami degradasi hutan dan lahan. Dari total luas hutan 9.020.990 ha, yang tergolong sangat kritis, kritis, dan agak kritis mencapai 7.136.528 ha atau 79,11%. Di Kabupaten Siak, luas hutan yang tergolong sangat kritis mencapai 1.017 ha dan yang kritis mencapai 264.709 ha atau 32,1% dari total luas hutan (BPDAS Indragiri-Rokan Riau, 2007). Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menjaga kelestarian hutan, diantaranya adalah kebijakan rehabilitasi hutan dan lahan (RHL). Kegiatan RHL dapat berupa reboisasi, pemeliharaan, pengayaan tanaman, atau penerapan teknik konservasi tanah. Pengelolaan rehabilitasi hutan melalui kegiatan reboisasi dilakukan dengan mekanisme Dana Alokasi Khusus Dana Reboisasi (DAK-DR). Kabupaten Siak mendapat alokasi dana DAK DR sebesar ± Rp. 44 M (Dinas Kehutanan Kabupaten Siak 2006). Berdasarkan Evaluasi Pengawasan dan Pengendalian Pelaksanaan Rehabilitasi Hutan dan lahan sumber dan DAK DR se Provinsi Riau Tahun 2006, realisasi penyerapan dana DAK DR hanya mencapai 46,54% dari seluruh alokasi dana Provinsi Riau. Secara khusus untuk Kabupaten Siak penyerapan dana DAK DR hanya mencapai 25,69% dari total anggaran yang diterima oleh Kabupaten Siak. udPenelitian ini bertujuan ; 1). Mereview kebijakan pengelolaan DAK-DR ; 2). Menganalisis kinerja Dinas Kehutanan Kabupaten Siak ; 3). Merumuskan strategi pengelolaan DAK-DR di Kabupaten Siak. Ruang lingkup penelitian ini difokuskan dan dibatasi pada penyerapan DAK-DR Kabupaten Siak tahun 2001 - 2006. Alokasi anggaran di masa otonomi daerah ini adalah anggaran berbasis kinerja dimana keberhasilan kinerja suatu institusi pemerintah dinilai dari kemampuan institusi atau dinas itu memanfaatkan alokasi sumberdaya dan sumber dana yang ada sebagai penunjang dalam pembangunan. udPenelitian ini dilakukan dengan tiga tahapan penelitian yaitu review kebijakan pengelolaan DAK-DR, analisis kinerja Dinas Kehutanan Kabupaten Siak dalam pengelolaan DAK-DR, dan perumusan strategi pengelolaan DAK-DR secara partisipatif. Tahapan pertama: mereview kebijakan pengelolaan DAK-DR. Kebijakan yang terkait dengan pengelolaan DAK-DR adalah: UU nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, UU nomor 33 tahun 2003 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, PP nomor 104 tahun 2000 tentang dana perimbangan, KepmenKeu nomor 471/KMK.02/2002 tentang alokasi DAK DR tahun 2002, PP nomor 35 tahun 2002 tentang Dana Reboisasi, PP nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Provinsi sebagai Daerah Otonom, SE bersama nomor SE-59/A/2001 tentang Pedoman Umum Pengelolaan DAK DR untuk penyelenggaraan RHL. Tahapan kedua: meneliti dan menganalisis kinerja Dinas Kehutanan Kabupaten Siak dalam pengelolaan DAK-DR. Aspek yang dianalisis mencakup: pemerintahan, praktik manajemen, sumberdaya manusia, sumberdaya keuangan, penyediaan layanan, dan hubungan eksternal. Kriteria aspek ini didasarkan pada perangkat yang telah dikembangkan oleh Depdagri dan GTZ, yakni Organizational Capacity Assessment Tool (OCAT). Kondisi masing-masing kriteria diperoleh dari hasil kuesioner. Tahapan ketiga: Membuat prioritas strategi dalam pengelolaan DAK-DR melalui langkah-langkah: (1) formulasi berbagai faktor dari hasil analisis tahap pertama dan kedua, (2) perumusan strategi pengelolaan DAK-DR menggunakan analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, threats), (3) membuat urutan prioritas strategi pengelolaan DAK-DR secara partisipatif dengan analisis AHP (analytical hierarchy process), dimana sebelumnya dilakukan analisa strategis terhadap faktor-faktor internal dan eksternal dengan menggunakan Analisis SWOT. udBerdasarkan hasil diskusi dan pengamatan di lapangan, diketahui bahwa beberapa substansi kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat menjadi beban bagi pemerintah daerah dalam melaksanakannya. Hal ini disebabkan sifat ketetapan yang kaku dan diberlakukan secara seragam di seluruh tanah air. Karakteristik wilayah yang berbeda tidak dapat diakomodasi oleh kebijakan yang terpusat dan bersifat makro tersebut. Kebijakan pengelolaan DAK DR memberikan peluang kepada pemerintah daerah untuk melakukan kegiatan RHL, namun kebijakan tersebut bersifat makro dan kurang mempertimbangkan karakteristik daerah. Sebagai contoh misalnya standar harga dan standar upah diatur dan berlaku umum seluruh Indonesia pada kenyataannya untuk Kabupaten Siak dengan standar biaya tersebut sangat sulit untuk diterapkan. Selain itu, proses pelaksanaan kegiatan RHL yang dibiayai DAK-DR terlalu rumit dan mekanismenya terlalu panjang. Ketentuan penggunaan anggaran merupakan beban bagi pemerintah daerah dalam melaksanakan kegiatan RHL.udAnalisis kinerja Dinas Kehutanan Kabupaten Siak dalam pengelolaan DAK DR, dilakukan secara diskriptif terhadap variabel implementasi program dari tahun 2001-2006. Hasil kajian disajikan sebagai berikut; 1). Aspek pemerintahan mencakup misi dan tujuan, pelibatan stakeholder, dan kepemimpinan masih perlu perbaikan dalam skala luas; 2). Aspek praktik manajemen mencakup struktur dan budaya organisasi, perencanaan, kepegawaian, pengembangan program, prosedur administratif, sistem informasi, dan pelaporan program masih perlu perbaikan dalam skala luas; 3). Aspek sumberdaya manusia mencakup pengembangan SDM, pengelolaan SDM, organisasi kerja masih perlu banyak perbaikan; 4). Aspek sumberdaya dan pengelolaan keuangan mencakup pengelolaan anggaran/keuangan, pelaporan keuangan dan akuntansi, diversifikasi dasar pendapatan/pengembalian biaya perlu perbaikan pada aspek tertentu; 5). Aspek penyediaan layanan mencakup kepemilikan/komitmen stakeholder, pengkajian, pemasaran dan peningkatan kesadaran perlu perbaikan dalam skala luas; 6). Aspek hubungan eksternal mencakup hubungan dengan para stakeholder, kerjasama dengan organisasi lain/pengembangan jaringan, kerjasama antar instansi, dan hubungan dengan masyarakat dan media masih perlu banyak perbaikan. udHasil penilaian kinerja Dinas tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan diperoleh skor rata-rata enam aspek adalah 2,8. Hal ini berarti bahwa dinas kehutanan Kabupaten Siak dalam mengelola DAK DR masih perlu perbaikan dalam skala luas. Aspek-aspek yang perlu diperbaiki adalah pemerintahan, sumberdaya manusia, dan hubungan eksternal.udPenentuan strategi pengelolaan DAK DR dilakukan dengan metode partisipatif. Metode analisis yang digunakan adalah analisis A’WOT yakni integrasi antara analytical hierarchy process (AHP) dengan analisis SWOT (strengths, weaknesess, opportunities, dan threats). Hasil AHP tersebut menunjukkan bahwa kebijakan peningkatan kapasitas kelembagaan Dinas dengan dukungan pemerintah dan memanfaatkan teknologi yang tersedia merupakan alternatif kebijakan yang memiliki bobot tertinggi (0,346) dan menjadi prioritas utama dalam pengelolaan DAK DR. Pertimbangan utama stakeholder memprioritaskan kebijakan ini adalah bahwa realisasi kebijakan ini akan mendorong kinerja dinas dan dapat menjadi faktor pendorong pelaksanaan tiga alternatif kebijakan lainnya. Pengembangan dan menerapkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pengelolaan DAK DR secara terpadu merupakan prioritas kebijakan kedua. Kebijakan ini diarahkan untuk mendukung pelaksanaan kebijakan pertama sehingga sinergi dalam meningkatkan kinerja Dinas dan peningkatan penyerapan DAK DR. Prioritas kebijakan ketiga dan keempat adalah Penentuan status lahan dan penegakan hukum tata guna lahan (0,199) dan pelibatan pengusaha dan masyarakat dalam proses pengelolaan DAK DR mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi. Kedua kebijakan ini diharapkan mendukung dan sinergi dengan kebijakan prioitas utama.udPrioritas strategi pengelolaan DAK DR di Kabupaten Siak adalah peningkatan kapasitas kelembagaan Dinas Kehutanan selaku pengelola DAK DR dengan dukungan pemerintah dan memanfaatkan teknologi yang tersedia. Prioritas kedua adalah pengembangan dan menerapkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pengelolaan DAK DR secara terpadu merupakan prioritas kebijakan kedua. Kebijakan ini diarahkan untuk mendukung pelaksanaan kebijakan pertama sehingga sinergi dalam meningkatkan kinerja Dinas Kehutanan dan peningkatan penyerapan DAK DR. udPemerintah perlu mengembangkan mekanisme yang dapat membantu pemerintah daerah dalam mengelolaan DAK DR yang lebih efisien dan efektif sehingga tujuan kegiatan RHL dapat terwujud. Meningkatkan kapasitas Dinas Kehutanan Kabupaten Siak melalui peningkatan sumberdaya manusia yang sesuai dengan kompetensi dinas. Selain itu perlu menempatkan staf teknis sesuai dengan bidang keahliannya. Menerapkan teknologi komunikasi dan informasi yang mendukung kegiatan pemerintah daerah, khususnya Dinas Kehutanan Kabupaten Siak secara terpadu sehingga setiap kegiatan dapat diakses oleh semua stakeholder baik lokal, regional, nasional, maupun internasional.
机译:廖内省经历了森林和土地退化。森林总面积为9,020,990公顷,被分类为非常关键,关键和相当关键的森林面积达到7,136,528公顷或79.11%。在锡亚克摄政区,被分类为非常关键的森林面积达到1,017公顷,而关键的森林面积达到264,709公顷,占森林总面积的32.1%(BPDAS Indragiri-Rokan Riau,2007)。政府为保护森林做出了各种努力,包括森林和土地恢复政策(RHL)。 RHL活动的形式可以是重新造林,维护,丰富植物或应用土壤保护技术。通过植树造林活动进行的森林恢复管理是通过植树造林特别分配基金(DAK-DR)的机制进行的。 Siak Regency收到的DAK DR资金分配为±Rp。 4400万(锡亚克地区林业局2006)。根据2006年廖内省森林和土地复垦和DAK DR复垦实施的监督评估,DAK DR资金吸收的实现仅达到廖内省总拨款的46.54%。专门针对Siak Regency的DAK DR资金吸收仅达到Siak Regency收到的总预算的25.69%。本研究的目的; 1)。审核DAK-DR管理政策; 2)。分析锡克地区林业局的绩效; 3)。在Siak Regency中制定DAK-DR管理策略。该研究的重点是集中在2001年至2006年DAK-​​DR Siak摄政区的吸收上。在该区域自治期间的预算分配是基于绩效的预算,其中,政府机构绩效的成功取决于机构或服务机构利用资源和资金来源分配的能力。作为发展的支持而存在。这项研究包括三个阶段的研究,即对DAK-DR管理政策的审查,对Siak区林业局在DAK-DR管理中的绩效分析以及参与性DAK-DR管理战略的制定。第一阶段:审查DAK-DR管理政策。与DAK-DR的管理有关的政策是:2004年第32号法律,关于区域政府的法律,2003年第33号法律,关于中央和地方财政平衡的PP,2000年第104号法,关于余额基金,KepmenKeu第471号/ KMK.02 / 2002 DAK DR分配在2002年,关于再造林资金的2002年PP编号35,关于政府机关和自治区的2000年PP编号25,SE以及关于RHL实施DAK DR管理的一般准则的SE-59 / A / 2001号。第二阶段:研究和分析Siak区林业局在DAK-DR管理中的绩效。分析的方面包括:治理,管理实践,人力资源,财务资源,服务提供和对外关系。这方面的标准基于内政部和德国技术合作公司开发的工具,即组织能力评估工具(OCAT)。每个条件的条件是从调查表的结果中获得的。第三阶段:通过以下步骤确定DAK-DR管理的战略重点:(1)从第一阶段和第二阶段的分析结果制定各种因素,(2)使用SWOT分析制定DAK-DR管理策略(优势,劣势,机会,威胁) ),(3)使用AHP(层次分析法)分析以参与方式确定DAK-DR管理策略的优先级,而先前使用SWOT分析对内部和外部因素进行策略分析。根据实地讨论和观察的结果,众所周知,中央政府确定的政策的某些实质内容是地区政府执行该政策的负担。这是由于规定的僵化性质,在全国范围内统一适用。这种集中的宏观政策无法容纳不同的地区特征。 DAK DR管理政策为地方政府开展RHL活动提供了机会,但该政策本质上是宏观的,没有考虑区域特征。例如,价格标准和工资标准在整个印度尼西亚受到监管和普遍接受,实际上,对于具有这些成本标准的锡克区,很难应用。此外,由DAK-DR资助的实施RHL活动的过程太复杂,机制也太长。使用预算的规定对地区政府开展RHL活动构成了负担,对Siak地区林业局在DAK DR管理中的绩效进行了描述性分析,涉及2001-2006年的计划实施变量。研究结果如下: 1)。治理方面包括任务和目标,利益相关者的参与,而领导层仍需要进行大规模的改进; 2)。管理实践的各个方面,包括组织结构和文化,计划,人员配备,计划制定,行政程序,信息系统和计划报告,仍需要在很大程度上进行改进; 3)。人力资源开发,人力资源管理,工作组织等人力资源方面仍需大量改进。 4)。资源和财务管理方面包括预算/财务管理,财务报告和会计,收入基础的多样化/在某些方面需要改进成本回收; 5)。服务提供方面包括利益相关者的所有权/承诺,评估,营销和提高认识,需要大范围改善; 6)。外部关系的各个方面,包括与利益相关者的关系,与其他组织/网络发展的合作,机构之间的合作以及与社区和媒体的关系,仍需要大量改进。劳工局的绩效评估结果显示,六个方面的总体平均得分为2.8。这意味着在管理DAK DR的Siak区林业服务方面仍需要大规模改进。需要改进的方面包括治理,人力资源和外部关系,使用参与性方法确定DAK DR管理策略。所使用的分析方法是A'WOT分析,它是分析层次结构过程(AHP)与SWOT分析(优势,劣势,机会和威胁)之间的集成。层次分析法的结果表明,在政府支持和利用可用技术的情况下,劳工局的机构能力建设政策是权重最高(0.346)的替代政策,是DAK DR管理中的重中之重。利益相关者优先考虑此政策的主要考虑因素是,该政策的实施将鼓励部门的绩效,并且可以成为推动实施其他三个替代政策的因素。集成DAK DR管理中信息和通信技术的开发和实施是第二个政策重点。该策略旨在支持第一个策略的实施,以便在提高Dinas性能和增加DAK DR吸收方面产生协同作用。第三个和第四个政策优先事项是确定土地状况和土地使用的执法(0.199),以及企业家和社区从规划,实施,监督和评估开始,参与管理DAK DR的过程。预计这两项政策都将支持关键优先政策并与之协同工作,而Siak Regency的DAK DR管理策略的优先事项是在政府的支持下提高林业服务部门作为DAK DR管理者的机构能力,并利用现有技术。第二优先事项是在集成DAK DR管理中开发和实施信息和通信技术,这是第二优先政策。该政策旨在支持第一个政策的实施,以便在改善森林服务部门的绩效和增加DAK DR的吸收方面产生协同作用。政府需要建立机制,以帮助地方政府更有效地管理DAK DR,从而实现RHL活动的目标。根据部门的能力,通过增加人力资源来提高锡克地区林业局的能力。另外,有必要根据其专业领域安排技术人员。实施通信和信息技术,以综合的方式支持地区政府的活动,尤其是锡克地区林业局的活动,以便所有活动的参与者(本地,区域,国家和国际)都可以访问每个活动。

著录项

  • 作者

    Hidayat Budi;

  • 作者单位
  • 年度 2008
  • 总页数
  • 原文格式 PDF
  • 正文语种 en
  • 中图分类
  • 入库时间 2022-08-20 20:52:55

相似文献

  • 外文文献
  • 中文文献
  • 专利

客服邮箱:kefu@zhangqiaokeyan.com

京公网安备:11010802029741号 ICP备案号:京ICP备15016152号-6 六维联合信息科技 (北京) 有限公司©版权所有
  • 客服微信

  • 服务号