首页>
外文OA文献
>PENGUKURAN INDEKS ARSITEKTUR HIJAU (GREEN ARCHITECTURE) PADA LINGKUNGAN BANGUNAN :Studi Kasus Kampung Adat Dukuh di Kabupaten Garut dan Kampung Adat Naga di Kabupaten Tasikmalaya
【2h】
PENGUKURAN INDEKS ARSITEKTUR HIJAU (GREEN ARCHITECTURE) PADA LINGKUNGAN BANGUNAN :Studi Kasus Kampung Adat Dukuh di Kabupaten Garut dan Kampung Adat Naga di Kabupaten Tasikmalaya
Kerusakan lingkungan merupakan akibat dari perilaku konsumtif manusia yang menyebabkan terjadinya eksploitasi alam secara berlebihan. Kerusakan lingkungan memberikan dampak negatif terhadap kehidupan manusia. Diperlukan tindakan untuk mengatasi kerusakan lingkungan seperti pengelolaan lingkungan yang baik demi keberlangsungan hidup manusia. Faktor pengelolaan lingkungan merupakan suatu landasan untuk memahami perencanaan arsitektur secara lebih baik. Dalam perspektif lebih luas, lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan global alami yang meliputi unsur bumi, udara, air, dan energi yang perlu dilestarikan. Maka dari pada itu, penelitian ini mencoba membahas eksistensi kampung adat dalam konteks wawasan arsitektur hijau pada lingkungan bangunan. Metode penelitian yang digunakan ialah mixed methods dengan pendekatan deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, studi wawancara, dokumentasi pada kampung adat. Kampung adat yang diteliti ialah Kampung Adat Naga dan Kampung Adat Dukuh. Objek yang diteliti ialah perilaku masyarakat Kampung Adat Naga dan Kampung Adat Dukuh dalam mengelola lingkungan bangunan berdasarkan parameter arsitektur hijau yang digunakan dalam penelitan ini. Pengolahan data dilakukan dengan cara mengukur tingkat penerapan konsep arsitektur hijau berdasarkan pada parameter penelitan yang mengadopsi sistem rating GBCI, serta mengkaji dan membandingkan penerapan arsitektur hijau pada kedua kampung. Hasil dari penelitian ini ialah keberlangsungan lingkungan tempat masyarakat adat tinggal tidak terlepas dari cara mereka memanfaatkan air, menggunakan energi serta mengolah limbah. Walaupun secara umum perilaku mereka dalam memperlakukan lingkungan masih dilakukan secara sederhana atau tradisional, serta masih didasari oleh larangan adat dan mitos. Persentase penerapan konsep arsitektur hijau pada kampung adat dukuh sebesar 65,35%, dan Kampung Adat Naga sebesar 68.38 %. Secara khusus, aspek pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air, serta aspek penggunaan energi merupakan aspek yang paling menonjol dalam penerapannya di kedua kampung tersebut. Pada aspek pengelolaan sampah kedua kampung memperoleh nilai minimal dalam penerapannya. Secara keseluruhan lingkungan bangunan kedua kampung tersebut dalam penerapan konsep arsitektur hijau mendapat kategori yang “Baik”.
展开▼