STRATEGI INDUSTRI GULA INDONESIA MENGHADAPI LIBERALISASI PERDAGANGAN DUNIA

摘要

Indonesia yang merupakan salah satu udnegara anggota AFTA, APEC dan WTO tidak bisa lepas uddari kecenderungan liberalisasi perdagangan dunia. udKeterlibatan ini mengakibatkan Indonesia harus siap udbersaing di pasar global, baik produk untuk pasar udekspornya ataupun produk untuk pasar domestik. udPada industri gula, Indonesia menghadapi berbagai udmasalah yang saling terkait, seperti penempatan gula udsebagai salah satu kebutuhan pokok yang udmengakibatkan harga dan tataniaganya dintervensi udpemerintah, pelaku dalam industri gula begitu banyak uddi mana antara produsen bahan baku, pemroses udbahan baku menjadi gula dan distribusinya merupakan udlembaga yang terpisah. Juga terjadi inefisiensi baik udpada tingkat usahatani (on farm) maupun pabrik (off udfarm), bias kebijakan pemerintah, serta distorsi udperdagangan yang tinggi di pasar internasional. udTujuan dari penelitian ini adalah untuk udmelihat bagaimana bekerjanya pasar gula Indonesia udyang terintegrasi dengan pasar gula dunia. Serta udbagaimana pengaruh faktor eksternal (seperti udmisalnya perubahan yang terjadi di luar kontrol udpemerintah akibat dari perubahan ekonomi dunia) uddan perubahan internal yang diakibatkan perubahan udperekonomian domestik ataupun karena perubahan udkebijakan terhadap pergulaan Indonesia. Dengan udmengetahui bekerjanya pasar gula Indonesia uddiharapkan dapat dilakukan kebijakan-kebijakan pada udindustri gula. ud Alat analisis yang digunakan dalam udpenelitian ini adalah model koreksi kesalahan simultan ud(error correction simultaneous model). Penggunaan udmodel simultan untuk menghindari terjadinya bias persamaan simultan (simultaneous equation bias) dan udmodel koreksi kesalahan untuk melihat perilaku udjangka pendek dan jangka panjang. ud Dari kajian tersebut, ditemukan bahwa udharga gula masih merupakan pertimbangan utama udbagi produsen dalam memproduksi gula. Meskipun udpadi masih merupakan tanaman pesaing bagi tanaman udtebu, namun terlihat kecenderungan persaingan yang udsemakin menurun yang diakibatkan bergesernya tebu udke lahan kering. Penggunaan pupuk dalam produksi udtebu/gula masih berlebihan, sehingga dalam jangka udpanjang, kenaikan harga pupuk akan direspon dengan udmengurangi penggunaan pupuk dan akibatnya justru udmenaikkan produksi gula. ud Pasar gula domestik masih terintegrasi uddengan pasar dunia. Pasar gula dunia yang udberfluktuasi akan berpengaruh terhadap pasar uddomestik. Perubahan harga gula dunia direspon udsecara lamban (lag) untuk menjadi impor. Kurs tidak udberpengaruh terhadap impor gula karena impor gula udtidak lagi dipengaruhi oleh harga dunia, mamun oleh udkebutuhan untuk mencukupi kekurangan produksi. ud Permintaan gula masih dipengaruhi oleh udharga gula domestik baik jangka pendek maupun udjangka panjang. Koefisien elastisitas harga gula uddomestik jangka panjang yang lebih kecil uddibandingkan dengan jangka pendek (lebih elastis) udmenunjukkan bahwa respon konsumen terhadap udperubahan harga gula cukup besar, namun setelah udberjalannya waktu, maka konsumen segera udmenyesuaikan konsumsinya yang tidak lagi udterpengaruh pada kenaikan harga. Kondisi ini udmenunjukkan bahwa gula dalam jangka panjang udmerupakan barang kebutuhan pokok yang inelastik udterhadap harga. ud Liberalisasi akan mengakibatkan penurunan udproduksi dalam jangka panjang dan akibat berikutnya udadalah semakin tergantungnya konsumsi gula udterhadap pasar dunia yang penuh ketidakpastian. udSubsidi input untuk produksi gula bagi petani akan udmengakibatkan pada peningkatan keuntungan petani udtanpa harus mengorbankan harga. Keuntungan yang udsemakin besar akan merangsang produsen untuk udmemproduksi gula lebih besar. ud