首页> 外文OA文献 >Evaluasi kelayakan usaha perkebunan kelapa sawit rakyat (studi kasus di desa buluh nipis, kecamatan siak hulu, kabupaten kampar)
【2h】

Evaluasi kelayakan usaha perkebunan kelapa sawit rakyat (studi kasus di desa buluh nipis, kecamatan siak hulu, kabupaten kampar)

机译:评估小农油棕种植园业务的可行性(以金宝区锡克胡鲁分区里德尼派斯村为例)

摘要

Sejak sektor pertanian merupakan kerangka dasar yang dicanangkan pemerintah pada tahun 1969 hingga 1978, serta melihat potensi yang tersedia pada subsektor perkebunan cukup besar, baik dari sumber daya alam yang tersedia, tenaga kerja yang melimpah dan relatif murah, didukung stabilitas politik dan moneter, mengakibatkan kebijaksanaan ditempuh dengan meletakkan prioritas pembangunan ekonomi nasional pada subsektor perkebunan.udDikenal tiga bentuk utama usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia, yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Swasta (PBS) dan Perkebunan Besar Negara (PBN), kemudian terdapat bentuk lain yaitu Perusahaan Inti Rakyat (PIR), merupakan pola pengembangan perkebunan bermitra dengan perkebunan besar sebagai inti, yang dapat membantu dan membimbing rakyat disekitarnya sebagai suatu sistem kerja sama yang saling menguntungkan dan berkesinambungan.udPerkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit nasional selama dua dekade terakhir menunjukkan pertumbuhan yang sangat signifikan, yaitu dari 290.000 ha menjadi 7.009.776 ha pada tahun 2008. Dimana luas areal perkebunan kelapa sawit rakyat menunjukkan peningkatan yang signifikan, yaitu 6000 ha pada tahun 1980 menjadi 2.905.532 ha pada tahun 2008. Luas areal perkebunan kelapa sawit rakyat memberikan kontribusi rata-rata sebesar 34,72% dari luas areal perkebunan kelapa sawit nasional, dibandingkan dengan perkebunan kelapa sawit besar negara memberikan kontribusi rata-rata sebesar 12,99% dan 52,30% dari perkebunan kelapa sawit besar swasta.udLuas areal perkebunan kelapa sawit rakyat yang memberikan kontribusi rata-rata sebesar 34,72%, harus memiliki daya saing yang tinggi dan kuat, agar dapat bersaing dengan perkebunan besar negara dan perkebunan besar swasta. Tetapi hal tersebut dapat dicapai dengan peningkatan produktivitas dan perbaikan mutu hasil, jika dilihat pada volume produksi kelapa sawit rakyat hingga tahun 2008, perkebunan kelapa sawit rakyat hanya memberikan kontribusi sebesar 29,40% dari total produksi perkebunan kelapa sawit di Indonesia, diikuti oleh produksi perkebunan besar negara sebesar 20,59% dan perkebunan besar swasta sebesar 50,01%udPerkebunan kelapa sawit rakyat menguasai sebagian besar areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang terkonsentrasi di pulau Sumatera, dengan luas 2.227.280 ha pada tahun 2007, mengalami kenaikan pada tahun 2008 sebesar 4,53% menjadi 2.328.364 ha. Total produksi tandan buah segar (TBS) pada tahun 2007 mencapai 5.367.089 ton dan mengalami kenaikan sebesar 4,50% pada tahun 2008 mejadi 5.608.628 tonudLuas areal kebun rakyat pada tahun 2007 di pulau Sumatera mencapai 2.227.380 ha, dengan total produksi 5.367.089 ton, sehingga produktivitasnya 2,41 ton/ha. Pencapaian produktivitas perkebunan kelapa sawit rakyat tergolong rendah dibandingkan dengan perkebunan kelapa sawit besar negara yang memiliki luas areal 488.136 ha dengan total produksi 1.765.911 ton, sehingga produktivitasnya 3,62 ton/ha dan perkebunan kelapa sawit besar swasta dengan luas areal 2.097.286 ha, total produksi mencapai 6.650.726 ton, produktivitasnya 3,17 ton/haudRendahnya produksi maupun produktivitas perkebunan kelapa sawit rakyat, terjadi pada provinsi Riau, dengan produktivitas sebesar 2,55 ton/ha pada tahun 2007 dan 2,42 ton/ha pada tahun 2008, sedangkan untuk perkebunan kelapa sawit besar negara sebesar 4,14 ton/ha pada tahun 2007 dan 4,58 ton/ha pada tahun 2008, untuk perkebunan kelapa sawit besar swasta sebesar 3,72 ton/ha pada tahun 2007 dan 3,75 ton/ha pada tahun 2008.udKecenderungan rendahnya volume produksi tandan buah segar (TBS) perkebunan kelapa sawit rakyat diikuti dengan luasnya areal perkebunan kelapa sawit rakyat, mengakibatkan rendahnya produktivitas kebun kelapa sawit rakyat. Rendahnya produksi yang berakibat kepada rendahnya produktivitas perkebunan kelapa sawit rakyat, dikarenakan pekebun sebagai pemilik dan pelaksana perkebunan kelapa sawit rakyat memiliki banyak kelemahan dan menghadapi banyak hambatan sehingga produktivitas maupun mutu hasil produksi masih relatif rendah, yang pada gilirannya mengakibatkan daya saing yang rendah.udHal ini tercermin pada sebuah desa di kecamatan Siak Hulu, kabupaten Kampar, provinsi Riau, yang berjarak ± 47 Km dari Ibukota Propinsi Riau yaitu Pekanbaru, dengan sarana infrastruktur yang cukup memadai, yaitu jalanan aspal hingga ke ujung kebun di desa Buluh Nipis. udKeberadaan usaha perkebunan kelapa sawit Rakyat di desa Buluh Nipis, telah berlangsung selama delapan tahun, dimulai dari April 2001 hingga April 2009. Dengan tingkat produktivitas sampai April 2009 mencapai 1,107 ton/ha, tergolong rendah bila dibandingkan dengan produktivitas provinsi Riau bahkan produktivitas perkebunan besar negara dan perkebunan besar swasta.udRendahnya produktivitas yang terjadi pada desa Buluh Nipis, merupakan kelemahan yang sering terjadi pada perkebunan kelapa sawit rakyat, hal ini dikarenakan para pekebun memiliki banyak kelemahan untuk mengoptimalkan produksi kebunnya. Selain harga jual tandan buah segar (TBS) yang rendah dipasaran, hal ini diperberat oleh lemahnya penyediaan informasi dan bimbingan dari pemerintah setempat. kemampuan pekebun untuk menyerap teknologi yang lebih maju, kurang memahami informasi pasar, sampai tingkat ketrampilan dan kemampuan pengelolaan yang dimiliki masih rendah. Sebagian besar pekebun tidak memiliki permodalan yang sebaik perkebunan besar negara dan perkebunan besar swasta, karena sulitnya memenuhi syarat-syarat yang diajukan oleh pihak perbankan untuk pengajuan kredit, sehingga dengan pendapatan yang rendah tidak memungkinkan digunakan sebagian dari pendapatan sebagai sumber modal untuk upaya pengembangan usaha. Didukung dengan ketersediaan pupuk dan harga jual yang tinggi, dan rendahnya kemampuan sumber daya manusia untuk mengelola kebun, hingga terbatasnya masalah permodalan.udMelihat kelemahan-kelemahan yang terjadi pada desa Buluh Nipis, maka akan dilakukan evaluasi kelayakan usaha perkebunan kelapa sawit rakyat di desa Buluh Nipis, kecamatan Siak Hulu, kabupaten Kampar. Dengan adanya evaluasi kelayakan, diharapkan dapat menganalisa kelayakan usaha yang telah berjalan selama delapan tahun, dimana usaha tersebut dapat menunjang perekonomian bagi masyarakat desa tersebut, khususnya yang menjadi pekerja di perkebunan, juga menjadi penting bagi kecamatan dan mendukung untuk peningkatan produktivitas di kabupaten Kampar, yang terkenal dengan luas areal dan memiliki produktivitas terbaik di propinsi Riau. Evaluasi kelayakan akan melihat kelayakan usaha selama delapan tahun, dari berbagai aspek kelayakan usaha.udMetode penelitian yang digunakan adalah menggunakan metode studi kasus, dengan teknik pengumpulan data primer melalui wawancara langsung dengan pekebun yang menjadi responden. Pengambilan responden dilakukan secara sengaja dan dipilih berdasarkan karakteristik jenis tanah perkebunan, luasan tanah, status kepemilikan tanah dan jenis output produk yang dihasilkan. Teknik pengolahan dan analisa data menggunakan analisa kelayakan usaha yang meliputi beberapa aspek, yaitu : aspek pasar, aspek teknik, aspek finansial, aspek SDM dan aspek lingkungan dan analisa sensitivitas.udHasil analisa kelayakan usaha perkebunan kelapa sawit rakyat, menunjukkan bahwa dari aspek pasar adalah dengan produk kebun yang homogen (tandan buah segar), akses infrastruktur yang mendukung (dekat dengan kota dan kualitas jalan baik), penawaran TBS ke pasar selalu diserap habis oleh agen buah, tenaga kerja yang mudah didapatkan karena jumlah masyarakat desa yang banyak, harga jual TBS ditetapkan oleh dinas perkebunan propinsi dan kabupaten walaupun fluktuasi harga dapat terjadi karena gejolak pasar. Hal-hal tersebut yang membuat kualitas kelayakan aspek pasar dapat dipenuhi, walaupun terdapat beberapa hal yang dapat membuat pemenuhan kualitas kelayakan dapat menurun.udMenurut aspek teknis, norma perkebunan kelapa sawit yang dilakukan oleh pekebun di desa Buluh Nipis banyak yang tidak memenuhi kelayakan standar Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). Tahapan tersebut adalah tahapan pembukaan lahan, sub-tahapan penanaman kacangan tidak dilakukan oleh pekebun di desa Buluh Nipis, pada tahapan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan, sub-tahapan yang tidak dilakukan oleh pekebun adalah pemeliharaan sarana-prasarana, pengendalian hama dan penyakit, pemberantasan alang-alang dan pemeliharaan penutup tanah, ditambah pada akhir tahun tanaman belum menghasilkan (TBM) pekebun tidak melakukan persiapan panen. Pada tahapan pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM) subtahapan yang tidak dilakukan oleh pekebun adalah pemeliharaan sarana prasarana, pengendalian hama dan penyakit dan pemeliharaan penutup tanah. Maka dengan beberapa sub-tahapan yang tidak dilakukan dan tidak memenuhi standar PPKS, maka kelayakan pada aspek teknis tidak dapat dipenuhi.udMenurut aspek finansial, tahapan biaya investasi dan tahapan biaya pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM), didapatkan perkebunan kelapa sawit rakyat pada tingkat harga jual Rp 1.050,-/Kg, tingkat suku bunga 18%, berada pada IRR 19,82%, NPV positif sebesar Rp 607.727,- dan BCR sebesar 1,050 (diatas 1). Dengan terpenuhi nya ketiga kriteria kelayakan dari segi finansial, membuat usaha perkebunan kelapa sawit rakyat layak untuk dijalankan. udMenurut aspek SDM, tenaga kerja yang dibutuhkan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok pemeliharaan tanaman, kelompok pemupukan dan penunasan dan kelompok pekerja panen. Dengan adanya pengelompokkan pekerja, akan lebih mudah untuk mengelola SDM dan efektivitas pekerjaan tidak saling tumpang tindih dan mengganggu.udMenurut aspek Lingkungan, banyak kegiatan baik pada pembukaan lahan, pemeliharaan tanaman belum menghasilkan dan menghasilkan, tidak sesuai dengan pedoman RSPO. Di harapkan dengan peningkatan volume kebun, yang akan diikuti dengan peningkatan pendapatan kebun, akan meningkatkan dan melakukan setiap tahapan dan sub-tahapan yang tidak dilakukan atau tidak sesuai dengan pedoman RSPO.ud
机译:由于农业部门是政府在1969年至1978年启动的基本框架,并且看到了种植业子行业的潜在潜力,因此其规模很大,既有可用的自然资源,又有丰富且相对廉价的劳动力,而且受到政治和货币稳定的支持,从而形成了政策印尼将油棕种植业务分为三种主要形式,即社区种植园(PR),私有大型种植园(PBS)和州大型种植园(PBN),然后还有其他形式,即公司Inti Rakyat(PIR)是一种以大庄园为核心合作发展人工林的模式,可以作为互惠互利和可持续合作的系统来帮助和指导周围的人。过去二十年来国家油棕种植园面积的发展显示出增长s这是非常重要的,即从2008年的290,000公顷增加到2008年的7,009,776公顷。小农油棕种植园面积显着增加,即1980年为6000公顷,到2008年为2,905,532公顷。社区油棕种植园的面积全国大型油棕种植园的平均贡献占全国油棕种植园总面积的34.72%,而该国的大型油棕种植园分别占私人大型油棕种植园的12.99%和52.30%。为了与国有大型房地产和大型私人房地产竞争,社区油棕的平均贡献率为34.72%,必须具有高而强大的竞争力。但这可以通过提高生产率和改善结果质量来实现,如果从小农油棕的产量到2008年来看,小农油棕人工林仅占印度尼西亚油棕人工林总产量的29.40%,其次是人工林产量该国的面积为20.59%,大型私人种植园为50.01% ud公共棕榈油种植园控制着印度尼西亚大部分的油棕种植园,该地区集中在苏门答腊岛,2007年的面积为222.7280万公顷,比上年增长2008年占4.53%,达到2,328,364公顷。 2007年新鲜水果束(FFB)的总产量达到5,367,089吨,2008年增长4.50%至5,608,628吨.2007年苏门答腊岛上的社区种植总面积达到2,227,380公顷,总产量为5,367,089吨,因此其生产力为2.41吨/公顷。与该国大型油棕种植园相比,社区油棕种植园的生产力水平相对较低,该国面积为488,136公顷,总产量为1,765,911吨,因此它们的生产力为3.62吨/公顷,而私人大型油棕种植园的面积为2,097,286公顷,总产量达到6,650,726吨,生产力为3.17吨/公顷;廖内省小农油棕人工林的产量和生产力较低,2007年分别为2.55吨/公顷和2.42吨/公顷2008年,国家大型油棕种植园2007年为4.14吨/公顷,2008年为4.58吨/公顷,而私人大型油棕种植园在2007年为3.72吨/公顷,3 ,2008年为75吨/公顷。小农油棕人工林的新鲜水果束(FFB)产量低的趋势是社区油棕人工林的大面积种植,导致生产力低下。一袋人民的油棕花园。低产量导致小农油棕人工林的生产力低下,因为作为小农油棕人工林的所有者和实施者的小农存在许多弱点,面临许多障碍,因此生产力和生产质量仍然相对较低,从而导致竞争力低下。这反映在廖内省金宝区Siak Hulu街区的一个村庄中,该村庄距佩坎巴鲁的廖内省首府±47公里,具有充足的基础设施,即通往Buluh Nipis村庄花园边缘的柏油路。 ud从2001年4月至2009年4月,布卢赫·尼皮斯(Buluh Nipis)村的人民油棕种植园业务已经存在了八年。到2009年4月,生产力水平达到了1,107吨/公顷,与廖内省甚至大型种植园的生产力相比,这一水平相对较低。州和大型私人人工林。在Buluh Nipis村发生的生产力低下是社区油棕人工林经常发生的一种弱点这是因为农民在优化园艺生产方面有很多弱点。除了市场上的新鲜水果束(FFB)售价低外,当地政府缺乏信息和指导提供的服务也使情况更加复杂。农民吸收更多先进技术的能力,缺乏对市场信息的了解,就其技能和管理能力而言仍然很低。大多数农民没有像国有大型房地产和大型私人房地产那样好的资本,因为很难满足银行提出的信贷申请要求,因此低收入不允许将部分收入用作企业发展努力的资本来源。由于肥料的供应和高昂的价格,以及人力资源管理种植园的能力低下,以及有限的资本问题,这在一定程度上得到了支持,看到了Buluh Nipis村发生的劣势,对Buluh村的人民油棕种植园业务的可行性进行了评估金宝区Siak Hulu街道Nipis。通过可行性评估,预计将能够分析经营了八年的企业的可行性,该企业可以支持乡村社区的经济,特别是从事种植园的人们,对于该街道和支持提高金宝区生产力的支持也很重要。因其地区而闻名,并在廖内省拥有最高的生产力。可行性评估将从业务可行性的各个方面着眼于八年的业务可行性,所采用的研究方法是使用案例研究方法,并通过直接与受访农民进行访谈来收集主要数据。根据种植园土地类型,土地面积,土地所有权状况和生产的产品类型的特征,故意选择受访者。数据处理和分析技术使用的业务可行性分析包括多个方面,分别是:市场方面,技术方面,财务方面,人力资源方面和环境方面以及敏感性分析。 Ud社区油棕人工林业务可行性分析的结果表明,从市场方面来看,凭借均质的园艺产品(新鲜的水果串),可利用的辅助基础设施(靠近城市和良好的道路质量),FFB的市场供应始终被水果代理商吸收,由于农村社区众多,劳动力很容易获得,售价FFB由省和地区的种植园办公室决定,尽管由于市场动荡可能导致价格波动。尽管可以降低满足资格质量的某些条件,但可以满足使市场质量可行的这些要求。从技术方面来看,Buluh Nipis村的农民从事的油棕种植规范不符合中央标准的条件。棕榈油研究(PPKS)。此阶段是土地清理阶段,Buluh Nipis村的种植者不进行豆类种植的子阶段,在未成熟植物的维护阶段,种植者不进行的子阶段是基础设施的维护,病虫害控制,根除语言地面覆盖物的不平整和维护,以及到年底时种植者的未成熟种植者(TBM)不会为收获做准备。在维持种植者无法完成的成熟植物(TM)的阶段,需要维护基础设施,病虫害控制和地面覆盖。因此,如果有几个未执行且不符合PPKS标准的子阶段,则无法实现技术方面的可行性,根据财务方面,可以获得未成熟工厂(TBM)和成熟工厂(TM)的投资成本阶段和维护成本阶段。价格为1,050印度卢比/公斤的小农油棕种植园,利率为18%,内部收益率为19.82%,NPV为正值607,727印度卢比,BCR为1,050(高于1)。从财务角度来看,符合这三个资格标准,使人民油棕种植园业务可行。根据人力资源方面,所需的劳动力分为三组,即植物维护组,施肥与收割组和收割工人组。随着工人的聚集,将更容易管理人力资源,工作的有效性不会重叠和相互干扰,从环境方面来看,许多有关土地清理,未成熟植物和生产性植物的维护活动均不符合RSPO准则。预计会增加花园的数量,接着是农场收入的增加,将改善和执行任何不符合或不符合RSPO准则的阶段和子阶段。

著录项

相似文献

  • 外文文献
  • 中文文献

客服邮箱:kefu@zhangqiaokeyan.com

京公网安备:11010802029741号 ICP备案号:京ICP备15016152号-6 六维联合信息科技 (北京) 有限公司©版权所有
  • 客服微信

  • 服务号