首页>
外文OA文献
>KINERJA PAMONG BELAJAR SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) : Studi Korelasional antara Intensitas Pelatihan, dan Motivasi Kerja, dengan Kinerja Pamong Belajar SKB, Dibawah Binaan BPKB Palembang Propinsi Sumatera Selatan dan Propinsi Riau
【2h】
KINERJA PAMONG BELAJAR SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) : Studi Korelasional antara Intensitas Pelatihan, dan Motivasi Kerja, dengan Kinerja Pamong Belajar SKB, Dibawah Binaan BPKB Palembang Propinsi Sumatera Selatan dan Propinsi Riau
Latar belakang dalam penelitian ini adalah tertariknya penulis melihat adanyaudkesenjangan kinerja para pamong belajar di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), tempatudpenulis bertugas yaitu di daerah binaan Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB)udPalembasng Sumatera Selatan dan Propinsi Riau. Penelitian ini mengungkapkan ; (1)udgambaran tentang hubungan antara intensitas pelatihan dengan kinerja pamong belajar,ud((2) gambaran tentang hubungan motivasi kerja dengan kinerja pamong belajar, (3)udgambaran tentang hubungan intensitas pelatihan, dan motivasi kerja dengan kinerjaudpamong belajar di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), dibawah binaan BalaiudPengembanagan Kegiatan Belajar (BPKB) Palembang, yaitu daerah Propinsi SumateraudSelatan dan Propinsi Riau.udBerdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian ini secara teoritis dapat dikajiudtentang teori intensitas pelatihan Rolf P. Lynton dan Udai Pareek (1992), menyatakan;udpelatihan sangat memerlukan penelitian, karena pelatihan adalah bidang yang terusudbergerak dan berkembang dengan cepat. Moekidjat (1991) mengungkapkan; pelatihanudmerupakan suatu penciptaan lingkungan dimana para karyawan dapat memperolehudpengetahuan, sikap, dan ketrampilan dan perilaku spesifik yang berkaitan denganudpekerjaannya. Henry Simamora (1995), dalam teorinya menyatakan; pelatihan berperanudbesar dalam menentukan efektifitas dan efisiensi suatu oraanisasi. Memutahirkanudkeahlian para karyawan sejalan dengan perubahan teknologi. Teori motivasi dari MelayuudSP. Hasibuan (1993), mengungkapkan; motivasi mempersoalkan bagaimana caranyaudmendorong gairah kerja karyawan, agar merekamau bekerja keras. Panji Anaroga (1995)udberpendapat bahwa; motivasi individu dapat timbul dari diri individu (motivasiudinstrinsik), dan dapat timbul dari luar individu (motivasi ekstrinsik), keduanyaudmempunyai pengaruh terhadap perilaku dan prestasi kerja. Nawawi Hadari dan MartiniudHadari (1995), menyatakan; pemimpin harus mengetahui peranan motivasi untukudmempengaruhi anggota kelompok. A. Dale Timpe (1999), mengungkapkan bahwa;udmotivasi yaitu keinginan unrtuk berperforma sesuai dengan pengharapan. Agus Dharmaud(1998) berpendapat bahwa; kinerja dipengaruhi oleh faktor karyawan, pekerjaan,udmekanisme kerja, dan lingkungan kerja, A. Dale Timpe (1999) menyatakan bahwa; mariudkita tinggalkan penilaian kinerja, tetapi kita harus mengkajinya.udPengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan metodaudkorelasional. Populasi adalah seluruh pamong belajar yantg beradadi Propinsi SumnateraudSelatan dan Propinsi Riau sebanyak 157 orang. Sampel diambil secara ProportionaludRandom Sampling. Jumlah sampel sebanyak 70 responden. Teknik analisis data yanguddigunakan adalah analisis regresi dan korelasi. Alat pengumpu! data yang dipergunakanuduntuk variabel indevenden, dan devenden adalah kuissioner yang terlebih dahulu diujiudvaliditas dan reliabilitasnya.udHasil dari penelitian ini adalah; (1) terdapat hubungan positif yang signifikanudantara intensitas pelatihan dengan kinerja pamong belajar, tergambar dari harga %2 regresiud4,042, distribusi data Xi normal, sehingga penggunaan statistik parametrik dibenarkan.udSkor kinerja pamong belajar (Y), adalah terendah 88 dan tertinggi 162, dengan rata-rataud137,51. Persmaan regresi Y = 88,8 + 4,66, koefisien korelasi nenunjukkab harga positip.ud(2) Terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi kerja dengan kinerjaudpamong belajar, tergambar dari persamaan regresi y = 5,4 + 1,08 X2 dengan koefisienudkorelasi diperoleh nilai r xy = 0,83V dan koefisien kinerja 69,1% (3). Terdapat hubunganudpositif yang signifikan antara intensitas pelatihan, dan motivasi kerja, dengan kinerjaudpamong belajar, tergambar dari persamaan regresi y = 27,8 + 2,77 Xi + 0,660 X2, denganudkoefisien korelasi diperoleh nilai r xy = 0,909 dan koefisien kinerja 82,7%. Terdapatudperbedaan kinerja antara pamong belajar yang berpendidikan sarjana, dengan yangudberpendidikan SLTA, tergambar pada kinerja pamong belajaryang berpendidikan SLTAud= 130,4762, sedangkan pamong belajaryang berpendidikan sarjana = 148,0714, besarnyaudperbedaan kedua rata-rata tersebut sebesar 17,5925.udImplikasi penelitian secara teoritis dan praktis adalah sebagai berikut: (1).udImplikasi teoritis, berkaitan dengan konsep pelatihan yang berhubungan dengan kinerjaudseorang pamongbelajar, agar dapat bekerja secara optimal dalam melaksanakan tugasnyaudsehari-hari di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), dengan pemberian motivasi secara terusudmenerus. (2). Implikasi praktis; yaitu apabila penyelenggaraan pelatihan pamong belajarudhendak meningkatkan kinerja pamong belajar maka perlu diperhatikan kesesuaianudprogram pelatihan dengan kebutuhan belajar para pamongbelajar.
展开▼