首页>
外文OA文献
>Motif Hias Alas-Alasan Pada Batik Dalam Ritual Tingalan Jumenengan Dan Perkawinan Di Keraton Kasunanan Surakarta: Kajian Bentuk, Fungsi, Dan Makna
【2h】
Motif Hias Alas-Alasan Pada Batik Dalam Ritual Tingalan Jumenengan Dan Perkawinan Di Keraton Kasunanan Surakarta: Kajian Bentuk, Fungsi, Dan Makna
Motif hias alas-alasan merupakan motif yang merepresentasikan fenomenaudalas atau gunung. Motif hias yang unik dan karakteristik karena berbeda denganudtradisi penggambaran batik pada umumnya dan batik keraton pada khususnya.udPemahaman terhadap eksistensi motif tersebut meniscayakan suatu pendekatanudyang bersifat komprehensif. Suatu pendekatan yang memungkinkan diperolehnyaudgambaran utuh tentang keberadaannya dari perspektif historis, estetis, danudsemiotjk. 'udPerspektif historis memberi pemahaman bahwa motif hias alas-alasanudberkait erat dengan cikal-bakal keberadaan batik Jawa pada umumnya dan batikudkeraton pada khususnya. Eksistensi motif yang juga dilandasi oleh pemahamanudatau pandangan -orang Jawa. tentang realitas alas dan gunung. Pandangarf‘ yangudmemiliki akar historis berkait dengan eksistensi keraton sebagai pusat kekuasaanudpolitik. Rajutan antara pandangan mitis dan historis menempatkan alas danudgunung sebagai sumber kreasi estetik yang termanifestasi ke dalam motif hiasudalas-alasan_udKajian dari perspektif estetis menunjukkan bahwa penggambaranudfenomena alas atau gunung direpresentasikan melalui figur berbentuk binatanguddan pohon. Elemen-elemen tersebut digambarkan secara sederhana melalui garisudtunggal dengan warna emas (perada) sebagai aksentuasinya. Sistemudpengorganisasian elemen bersifat simetris dan tertata dalam lajur horizontaluddengan menyisakan bidang tengah berbentuk belah ketupat tetap berwamaudputih, warna asal kain. Pada ujung kain terdapat hiasan gurdha. Orkestrasiudseluruh elemen dikerangkakan oleh elemen berbentuk kawung yang menjadiudpembingkajnya.udElemen yang diekspresikan melalui kuning (perada emas) pada kainudberwarna latar biru tua (bangun tulak) dcngan tetap mempertahankan warnaudputih pada bidang tengah kain (blumbangan) dikenal sebagai Dodot Bangun TulakudAlas-alasan Pinarada Emas. Sementara elemen yang sama diekspresikan melaluiudkuning (perada emas) pada kain berwarna latar hijau (gadhung) dengan bidangudtengah kain (blumbangan) berwarna putih dikenal sebagai Dodot Gadhung MelathiudAlas-alasan Pinarada Emas.udDuajenis dodot yang selalu digunakan oleh para penari Bedhaya Ketawanguddalam ritual jumenengan dan/atau tingalan jumenengan serta perkawinan diudlingkungan Keraton Surakarta. Kedudukan yang menempatkan motif hias alas-udalasan sebagai benda pusaka di satu sisi dan oleh karenanya sangat disakralkan.udKcdudukan dan fungsi yang menjaganya tetap be-rtahan dan tidak mengalamiudperubahan hingga Melalui peristiwa penting itu pula motif tersebut selaluuddihadirkan kembali setiap penobatan raja, ulang tahun rfla atau setiap upacaraudperkawinan di lingkungan Keraton Surakarta diselcnggarakan. Demikianlahudmelalui motif itu, pesan yang disampajkan selalu diulang untuk menjadiudpengingat dan panduan dalam menjalankan kekuasaan bagi raja clan menjalaniudkehidupan bagi sepasang mempolai.udSecara semiotik, motif hias alas-alasan dalam ritual tingalan jumenenganudmerupakan representasi dari kekuasaan, kewibawaan, kemewahan, kehidupanuddan kesuburan, serta perlindungan. Dalarn konteks perkawinan motif hias alas-udalasan sebagai representasi dari “raja”, gumelaringjagad, harapan, perlindungan,uddan kesuburan.
展开▼