Perdagangan manusia tidak hanya melibatkan wanita dan pria dewasa yang menjadi korban tetapiudanak-anak juga. Tujuan perdagangan anak tidak hanya bentuk eksploitasi ekonomi yaitu sebagaiudpekerja tetapi juga untuk eksploitasi seksual. Tindakan yang sengaja seperti perekrutan, bujukan,uddan penipuan terjadi karena beberapa faktor yang akhirnya anak menjadi korban perdagangan.udAnak-anak korban perdagangan manusia (trafficking) dan ABH (Anak Berkonflik denganudHukum), dirasa perlu untuk memulihkan dan sekaligus mendapatkan ketrampilan untuk sebagaiudbekal dalam menjalani kehidupan di masyarakat nantinya. Pelatihan keterampilan batik tulis bagiudanak korban trafficking dan berkonflik dengan hukum sebagai penerapan program pengabdianudkepada masyarakat yang akan memberi keterampilan (skill) di bidang batik tulis tingkat dasar.udMelalui model pelatihan yang menggabungkan antara teori dan praktek dengan mediaudpembelajaran yang dikemas dengan menarik, sehingga materi pelatihan dapat diterima olehudpeserta sebagai mitra Ipteks Bagi Masyarakat. Alasan pemilihan pelatihan batik tulis tingkat dasarudbahwa batik menjadi tradisi yang dimiliki nenek moyang bangsa Indonesia, selain ituudperkembangan industri batik telah berkembang menjadi industri yang banyak menyerap tenagaudkerja sekaligus menjadi salah satu andalan bidang ekonomi kreatif Indonesia dan telah diakuinyaudbatik oleh UNESCO. Sebagai mitra kegiatan ini, yaitu Yayasan KAKAK Surakarta dan YayasanudSahabat Kapas, Karanganyar, setelah melalui observasi dapat dijelaskan ke dalam dua aspekudkendala permasalahan dari mitra, yaitu : masih minimnya aksesbilitas akan pelatihan ketrampilanudbatik tulis dalam kegiatan untuk meningkatkan ketrampilan yang berguna sebagai bekal untukudhidup di masyarakat. Selain hal tersebut masih kurangnya perhatian masyarakat dan pemerintahudsehingga pelatihan untuk meningkatkan skill dirasa masih minim bagi anak korban trafficking danudberkonflik dengan hukum baik yang ada dibawah asuhan Yayasan KAKAK, Surakarta danudYayasan Sahabat Kapas, Karanganyar untuk meningkatkan kompetensinya. Permasalahan yangudlainnya, adanya kendala media, materi dan teknik pelatihan yang belum disesuaikan denganudkarakteristik peserta pelatihan karena disebabkan oleh belum adanya lembaga formal maupun nonudformal (lembaga pelatihan ketrampilan batik tulis) yang menyediakan media dan materi yangudsesuai dengan anak korban trafficking dan berkonflik dengan hukum.udKata kunci : Pelatihan Batik, Model Pelatihan, Anak Korban Trafficking
展开▼