Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Content atau isi yangudterkandung dalam pemberitaan Komisi Pemberantasan Korupsi versus POLRIuddalam surat kabar harian Solopos edisi Oktober 2012. Penelitian ini merupakanudpenelitian deskriptif kualitatif yang penjabarannya dengan menggunakan analisisudisi untuk mendapatkan makna yang terdapat dalam media surat kabar.udHasil analisis menunjukkan bahwa Pemberitaan perseteruan antara KomisiudPemberantasan Korupsi dengan Polri dimulai setelah terjadinya penyerbuanudbeberapa petugas Polisi dari Polda Bengkulu yang dibantu Polda Metro Jayauduntuk menangkap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi Kompol NoveludBaswedan. Sebuah opini dapat menyatakan bahwa di dalam Kepolisian terdapatudbanyak oknum perwira menengah dan bahkan sampai para petinggi yang tidak proudterhadap pemberantasan korupsi. Itu artinya Kepolisian telah mencoreng mukanyaudsendiri. Penilaian negatif terhadap institusi Polri juga dapat dilihat dariudpenyerahan berkas perkara yang terkesan berbelit-belit. Penilaian lain dariudkejadian ini, bahwa kasus simulator SIM tidak hanya dilakukan perwira Polisi sajaudnamun secara keseluruhan melibatkan para petinggi-petinggi Polri. Adanyaudanggapan dalam menghambat penyidikan yang dilakukan oleh Polri memberiudkesan bahwa institusi ini menjadi tempat para koruptor.udKepolisian seharusnya bisa tanggap dengan perkembagan yang terjadi diudmasyarakat. Sikap untuk ingin tetap menangani kasus simulator dianggap sebagaiudcara untuk melindungi dirinya sendiri. Perseteruan antara KPK versus Polriudapabila diteruskan maka bisa dipastikan yang mendukung institusi KPK akanudmenang, apabila Presiden Susilo Bambang Yudoyono tidak melakukan tindakanudyang cepat.ud
展开▼