Beton pracetak merupakan suatu inovasi didalam dunia konstruksi yang sebenarnya tidak berbeda dengan beton konvensional. Namun salah satu permasalahan mendasar pada beton pracetak adalah kehandalan sambungan antar sub elemen sistem pracetak terhadap beban gempa yang menjadi pertanyaan, dapat dikatakan secara natural hubungan antara sub elemen yang satu dengan sub elemen yang lain tidaklah sangat monolitik sebagaimana pada sistem konvensional cast in place. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis nilai kekakuan sambungan balok-kolom pracetak tipe plat akibat beban bolak-balik. Hasil Pengujian sampel di laboratorium beban maksimum yang dicapai komponen komponen plat 1 adalah 6.43 kN (arah dorong) dan 6.98 kN (arah tarik) untuk mencapai displacement 48.4 mm (arah dorong) dan 47.5 mm (arah tarik). Beban maksimum yang dicapai komponen komponen plat 2 adalah 8.93 kN (arah dorong) dan 8.71 kN (arah tarik) untuk mencapai displacement 43.3 mm (arah dorong) dan 42.5 mm (arah tarik) Beban maksimum yang dicapai komponen komponen normal adalah 19.52 kN (arah dorong) dan 19.64 kN (arah tarik) untuk mencapai displacement 41.2 mm (arah dorong) dan 41.2 mm (arah tarik) dalam pengujian. Rata-rata kehilangan kekakuan komponen normal setiap satu siklus adalah -2,31% (kondisi dorong) dan -1.87% (kondisi tarik) sedangkan untuk komponen plat, komponen plat 1 kehilangan kekakuan rata-rata setiap satu siklus adalah -2.14% (kondisi dorong) dan -2.14% (kondisi tarik), komponen plat 2 kehilangan kekakuan rata-rata setiap satu siklus adalah -2.64% (kondisi dorong) dan -2.73% (kondisi tarik). Benda uji normal memiliki nilai kekakuan yang lebih besar di bandingkan dengan benda uji plat 1 dan benda uji plat 2, dimana benda uji plat tidak lebih baik dari pada benda uji normal yang memiliki nilai kekakuan yg lebih besar. Hasil akhir dari pengujian didapati bahwa kekuatan komponen balok-kolom tipe plat tidak lebih baik dibandingkan komponen normal.
展开▼