PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE MECHANISMS udTERHADAP COST OF EQUITY CAPITAL

摘要

Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul udketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk udmemberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan udkeputusan kepada agent tersebut (Jensen dan Meckling, 1976). Agent adalah udmanajemen perusahaan yang bertugas mengelola sumber daya perusahaan yang uddipercayakan principal kepada mereka. Sebagai pengelola perusahaan, manajer udmempunyai informasi yang lebih banyak dan lebih up to date tentang kondisi udinternal dan prospek perusahaan di masa depan dibandingkan dengan principal ud(pemegang saham atau stakeholders lainnya). Kondisi tersebut dikenal sebagai udasimetri informasi (information asymmetry) (Murni, 2004). udMenurut Ashbaugh, Collins, dan LaFond (2004), asimetri informasi uddapat menimbulkan dua permasalahan, yaitu masalah moral hazard dan adverse udselection. Masalah moral hazard terjadi ketika manajer mempunyai dorongan atau udkeinginan untuk mengejar kepentingan mereka sendiri dengan dibebankan pada udpemegang saham. Selain itu, asimetri informasi juga dapat menyebabkan masalah udadverse selection yang terjadi ketika investor tidak dapat melihat nilai perusahaan udyang sebenarnya, sehingga investor tidak dapat membedakan kualitas manajemen udyang baik dan yang buruk. Kesalahan informasi tentang kualitas manajemen dan udnilai perusahaan tersebut akan menyebabkan risiko agensi (agency risk) yang dibebankan pada pemegang saham menjadi lebih besar. Oleh karena itu, investor udakan meminta premi untuk mengantisipasi atau menanggung risiko agensi udtersebut sehingga akan meningkatkan cost of equity capital perusahaan. udSiallagan dan Machfoedz (2006) menyatakan bahwa, asimetri udinformasi memungkinkan manajemen melakukan praktik akuntansi yang udberorientasi pada perolehan kinerja tertentu dengan memanipulasi laba yang uddilaporkan pada laporan keuangan. Tindakan yang dilakukan manajemen itu udsering disebut sebagai praktik manajemen laba (earnings management). Praktik udtersebut makin mudah dilakukan manajemen karena kinerja perusahaan dievaluasi uddan dihargai berdasarkan laporan yang dibuat oleh manajemen itu sendiri. udLaporan keuangan menjadi alat utama bagi perusahaan untuk udmenyampaikan informasi keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban udmanajemen (Schipper dan Vincent, 2003). Menurut Standar Akuntansi Keuangan, udlaporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, laporan arus kas, laporan udperubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan-laporan tersebut uddiharapkan dapat menjadi pedoman bagi pengguna laporan keuangan (khususnya udpemegang saham dan investor) untuk pengambilan keputusan (khususnya udkeputusan investasi). udNamun, akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral udkarena dianggap sebagai sumber penyalahgunaan informasi yang merugikan udpihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut. Pada tahun ud1998 sampai dengan 2001 telah terjadi banyak skandal keuangan di perusahaan-udperusahaan publik dengan melibatkan persoalan laporan keuangan. Beberapa ....................................